Nama besar PT Semen Gresik kian melambung ketika pada 2011, koperasi binaannya yaitu Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) berhasil masuk dalam jajaran 300 Koperasi Besar Dunia versi International Co-operative Alliance (ICA). Meski berada diurutan 233, namun prestasi ini sekaligus menoreh sejarah koperasi Indonesia di pentas dunia. Di luar suksesnya membina koperasi, kinerja pabrik semen terbesar di Indonesia ini, juga sukses mengembangkan bisnisnya. Dalam usianya yang sudah 61 tahun masih mampu mencetak laba, melakukan ekspansi dan tak henti berinovasi. Lantaran itu, Semen Gresik menyabet penghargaan Indonesia Living Legend Brands 2017 yang diberikan kepada perusahaan dengan merek asli Indonesia berusia minimal 50 tahun. Pada tahun 2012 Semen Gresik berganti nama menjadi PT Semen Indonesia Tbk (Persero). Sementara nama KWSG sebagai koperasi besar Indonesia masih tetap dipertahankan. Perubahan nama tersebut merupakan langkah awal dari upaya merealisasikan terbentuknya Strategic Holding Group yang ditargetkan dan diyakini mampu mensinergikan seluruh kegiatan operasional. Holding ini diperkirakan mampu merebut 23,4% pangsa pasar nasional dengan sebaran produk mulai di Jawa, Bali Nusra, Kalimantan, Maluku hingga Papua.
Tahun 2018 ini, kapasitas produksi terpasang PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) diprediksi meningkat menjadi 35 juta ton per tahun dibanding tahun sebelumnya 27 juta ton.
Peningkatan ini lantaran didukung oleh selesainya pabrik semen Indarung dan pabrik semen Rembang.Selama 2017, utilitas pabrik SMGR mencapai sekitar 83%. Dengan adanya pabrik baru, SMGR berharap produknya bisa terserap maksimal di pasar sehingga bisa meningkatkan utilitas.
Pada kuartal III-2017, SMGR meraih kenaikan pendapatan 7,7% menjadi Rp 20,55 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, laba perusahaan ini anjlok 50,16% menjadi Rp 1,46 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,9 triliun. Penurunan laba bersih perseroan terus terjadi sejak 2014 silam.