hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Wisata  

Terasering Ciamik di Barat Timur Ibu Pertiwi

Teknik tradisional bercocok tanam di lahan miring/perbukitan membuahkan bonus selain hasil tanaman budidaya. Yakni panorama nan elok. Hanya berjenjang jika tampak dekat. Dari kejauhan seakan bergelombang. Ritmik dan memukau.

TERASERING lahir dari kearifan masyarakat pertanian mengolah lahan perbukitan. dengan kontur tanah yang tak rata, terasering menjawab bagaimana seharusnya pola irigasi diterapkan. Beberapa lokasi terasering yang dianggap paling indah di dunia adalah Mae-Jam dan Chiang Mai, di Thailand; Sa Pa dan Mu Cang Chai,  di Vietnam, Banaue, di Filipina; Longji di Guangxi dan Yuanyang di Yunnan, Cina.

 

Terasering Argapura, Majalengka

Wisata pertanian (agrowisata) ‘baru’ dengan terasering indah kini eksis di Majalengka. Sebutannya Terasering Argapura. Nama sebuah kecamatan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Terasering yang naik daun setelah diunggah lewat sosial media ini—dan menjadi hits untuk hunting foto—kabarnya salah satu yang terbaik di Indonesia. Tak kalah dari Tegalalang, Bali, yang telanjur mendunia.

Terasering (Sunda: sengkedan) merupakan cara bercocok tanam atau pengolahan lahan pertanian di perbukitan. Caranya, lahan miring dipangkas menjadi bagian-bagian datar yang lebih kecil. Seperti tangga tiga dimensi. Dengan sistem terasering ini, air bisa tertahan dan telahan. Tak langsung meluncur turun. Di waktu sunrise dan sunset, paduan langit yang indah dan terasering yang hijau segar menghasilkan rekaman foto nan ciamik.

Terasering Argapura terdapat di banyak bukit. Sejauh mata memandang, yang tampak undakan menghijau. Apalagi dilihat dari atas. Hasil bumi kawasan pertanian masyarakat Argapura itu beragam. Komoditas primadona mereka adalah bawang daun, padi, ubi jalar, bawang merah dan pertanian lain khas kawasan dataran tinggi.

Tinggi kontur tanah di sengkedan itu juga beragam, mulai 400 mdpl hingga 2000 mdpl. Sementara tingkat kemiringan berkisar antara 25 dan 45 persen.

Perkebunan Argapura menghasilkan berbagai hasil pangan. Mulai dari ubi jalar, bawang merah, bawang daun, hingga padi. Pengunjung juga bisa membeli hasil bumi ini langsung dari warga saat mereka panen.

 

Sawah Tegalalang, Ubud, Bali

Butuh waktu sekitar dua jam untuk menjangkau Sawah Tegalalang di Ubud, Bali, dari kota Denpasar. Lokasinya pun di pinggir jalan raya utama. Karena keindahannya, Sawah Tegalalang. Terasering ini hampir tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Sawah Tegalalang menjadikan Bali makin unik sebagai destinasi wisata budaya dan panorama di lingkungan yang aman.

Anda otomatis mengunjunginya menempuh rute Kintamani–Ubud. Tegalalang merupakan terasering terbaik di Bali. Sawahnya berundak-undak, dengan petak-petak yang bertingkat rapi. Lokasi ini dikenal juga dengan nama Ceking Rice Terrace, karena memang terletak di Dusun Ceking, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali.

Untuk tahu dan merasakan ‘hawa’ persawahan Tegalalang, anda dapat langsung turun dan menyusuri pematang-pematang sawah. Mengenal lebih dekat sistem irigasi (subak), proses pengolahan padi, pembibitan, pemeliharaan serta ketika panen raya. Waktu terbaik mengunjunginya adalah ketika sore hari, ketika matahari sudah mulai terbenam.

Di sepanjang jalan raya di kawasan Tegalalang toko-toko berjejer sepanjang 10 km. Tersedia banyak pilihan untuk mendapatkan cenderamata terbaik. Mulai dari patung kayu atau dari besi berbentuk jerapah, kucing-kucingan, dolphin, topeng kayu, ukiran kayu, hingga ukiran batu padas. Perlu waktu sekitar 1-1,5 jam perjalanan dari Kota Denpasar untuk sampai ke sini, atau 15-20 menit dari Ubud.

Bukit Pergasingan, Lombok

Bukit Pergasingan menjulang tinggi dengan ketinggian 1.670 mdpl, di samping Gunung Rinjani, Lombok. Bukit Pergasingan menawarkan pemandangan kotak-kotak sawah Desa Sembalun yang berwarna warni. Untuk mencapai puncaknya butuh waktu sekitar dua jam. Maka, pengunjung sebaiknya memulai perjalanan di pagi hari. Meskipun pendakian di sini tergolong soft tracking, di beberapa titik terdapat tanjakan dengan kemiringan hampir 70 derajat

Selama mendaki, Desa Sembalun tak putus-putus menghibahkan pemandangan indah. Petak sawah yang berwarna-warni berjejer rapi menciptakan nuansa magis di ketinggian. Sesampai di puncak, segeralah dirikan tenda dan mempersiapkan segala kebutuhan logistik. Area perkemahan bisa menampung kira-kira 100 tenda. Asyiknya lagi, di Bukit Pergasingan pengunjung bisa menikmati sunrise dan sunset tanpa berpindah tempat.

Pemandangan malam di Bukit Pergasingan luar biasa indah. Pengunjung bisa beristirahat sembari menikmati kopi panas atau mendengarkan alunan gitar. Bulan juga terlihat begitu jernih dari tempat ini. Jangan lupa membawa jaket, karena suhu di malam hari bisa mencapai 13 derajat Celcius

Saat bangun di pagi hari pengunjung akan merasakan kulit dicumbu kabut dingin. Arakan-arakan rapi awan di langit Lombok terlihat jelas. Tak perlu khawatir kehabisan stok air minum untuk mencuci muka atau menggosok gigi. Di sekitar kawasan puncak terdapat sumber mata air. Hanya perlu turun sekitar lima menit. Jika kurang puas dengan berfoto ria, pengelola wisata sekitar menyediakan jasa terbang paralayang.

 

Sawah Laba-laba, Manggarai, Flores

Selain komodo, ada tempat cantik yang juga wajib untuk dikunjungi saat singgah di Pulau Flores. Yaitu Spiderweb Rice Fields atau Sawah Sarang Laba-laba. Ini ladang sawah unik kebanggaan penduduk Manggarai, tradisi turun temurun. Terletak di Kabupaten Manggarai, Kecamatan Ruteng, Kelurahan Cancar. Lokasi sawah jaring laba-laba ini lebih mudah melalui Ruteng, hanya sekitar 20 km, atau 10 km dari Labuan Bajo. Untuk menyaksikannya secara utuh, pengunjung harus mendaki Bukit Weol di Kampung Meler sekira 10 menit.

Kemiringan sekitar 30 derajat memudahkan wisatawan mencapai puncak Weol sejauh sekitar 400 meter. Wisatawan mendatangi lokasi ini setiap hari 50 sampai 100 orang, yang meningkat di saat liburan sekolah dan Hari Raya. Sebelum ke puncak Bukit Weol. Wisatawan kebanyakan dari luar negeri. Mereka ke sini setelah mengunjungi destinasi di Labuan Bajo seperti Pulau Komodo dan Rinca.

Dengan bentuknya yang menyerupai sarang laba-laba, ‘aturan main’ bercocok tanam ini juga sangat khas. Fungsi sawah yang terkait dengan pola pengelolaan lahan secara adat. Lingko, demikian sistem pembagian sawah dinamai, merupakan tanah adat yang dimiliki secara komunal untuk memenuhi kebutuhan bersama masyarakat adat yang pembagiannya meru[akan wewenang Tu’a Teno (ketua adat).

Sistem pembagian lahan sawah oleh leluhur Manggarai dilakukan secara berpusat. Titik nolnya berada di tengah-tengah lahan ulayat yang akan dibagi-bagi. Pembagian tanah ulayat mengikuti rumus moso (jari tangan), disesuaikan dengan jumlah penerima tanah warisan dan keturunannya. Berdasarkan rumus moso, pembagian tanah diprioritaskan bagi petinggi kampung dan keluarganya, lalu warga biasa dari warga suku, terakhir warga biasa dari luar suku.●(dd)

pasang iklan di sini