
PeluangNews, Jakarta– PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) meluncurkan inisiatif pemberdayaan untuk memperkuat kapasitas UMKM disabilitas agar mampu bersaing di era digital melalui program RiseAble.
SGM Social Responsibility Telkom Hery Susanto mengatakan RiseAble bukan sekadar kegiatan pelatihan, melainkan sebuah program untuk meningkatkan kapasitas penyandang disabilitas sehingga memiliki kemampuan untuk berkembang ketika diberi akses, ruang, dan dukungan yang tepat.
“Kami ingin membangun keyakinan bahwa setiap individu termasuk penyandang disabilitas, mempunyai potensi yang sama untuk mengembangkan kompetensinya masing-masing,” ujarnya melalui keterangan pers yang dirilis Telkom, Senin (22/12).
Sebagai bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), RiseAble tidak berhenti di pelatihan. Peserta nantinya akan terhubung ke pooling mitra, memungkinkan perusahaan dan publik untuk menjangkau produk maupun jasa karya UMKM disabilitas secara lebih mudah dan inklusif. Inisiatif ini turut berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 8 Decent Work and Economic Growth, yang menekankan pentingnya kesempatan kerja yang layak bagi semua kelompok masyarakat.
“Inklusi merupakan salah satu bagian penting dalam mendorong percepatan transformasi digital di Indonesia. Telkom berkomitmen untuk menghadirkan solusi digital yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, termasuk kelompok disabilitas. RiseAble merupakan salah satu inisiatif dari kami untuk membuka ruang yang inklusif agar talenta disabilitas dapat tumbuh dan mengambil peran dalam ekosistem ekonomi digital,” ujarnya.
Dengan RiseAble, lanjut Hery, Telkom berupaya menciptakan ekosistem digital yang membuka jalan bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas untuk berkembang karena pada setiap keterbatasan akan selalu ada potensi besar yang siap tumbuh ketika mendapatkan ruang yang tepat.
Dalam program tersebut, sebanyak 60 peserta disabilitas dari Jabodetabek dilibatkan untuk mengikuti pelatihan intensif yang fokus pada keterampilan usaha digital, literasi bisnis, dan strategi pengembangan produk.
Selama tiga hari, para peserta dibekali pengetahuan dan skill yang dapat langsung diterapkan dalam usaha mereka, sehingga mampu mendorong kemandirian serta keberlanjutan bisnis.
Sampai saat ini akses kerja bagi penyandang disabilitas di Indonesia masih sangat minim. Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Analisis Tematik Kependudukan 2023 menunjukkan hanya 21,65 persen penyandang disabilitas yang memiliki pekerjaan, sementara 78,35 persen lainnya belum mendapatkan kesempatan untuk bekerja.
“Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi digital, angka ini menjadi pengingat bahwa inklusi belum sepenuhnya tercapai,” lanjutnya.








