JAKARTA-—Untuk menekan harga gula.Kementerian Perdagangan melakukan intervensi terhadap distribusi gula yang harganya mencapai Rp18.500 per kilogram di pasar konsumsi.
Selain itu Satgas Pangan memperketat pengawasan niaga gula. Bahkan Satgas menemukan pelelangan gula di atas HET yang dilakukan oleh PTPN II.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, jajarannya berupaya menekan harga gula. Pertama, yaitu dengan memudahkan izin impor gula yang saat ini mulai terealisasi. Meskipun demikian, dia mengakui, realisasi impor gula tersebut belum bisa memenuhi permintaan pasar.
“Kita tahu bahwa di tengah kondisi saat ini, banyak negara melakukan lockdown sehingga proses impor pun terhambat atau mundur dari waktu yang ditentukan,” ujar Agus saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/4/20).
Kementerian Perdagangan telah menugaskan produsen gula rafinasi untuk mengalirkan stok gulanya sebesar 250.000 ton ke pasar konsumen. Padahal seharusnya gula rafinasi itu digunakan untuk keperluan industri.
Hanya saja baru sebagian stok gula rafinasi disalurkan ke pasar. Sebanyak 160 ribu ton masih disimpan produsen.
Kementerian Perdagangan memutuskan hanya untuk menyalurkan distribusi dari stok rafinasi tersebut hanya ke ritel modern. Sebab ritel modern cenderung masih menjual gula konsumsi seharga dengan HET yaitu Rp 12.500 per kg. Sementara penjualan di pasar tradisional lebih sulit dikontrol pemerintah, sehingga harganya melambung tinggi.
“Untuk pasar tradisional distrubutor yang memasok ke pasar ritel modern akan mengakomodirnya,” jelas Agus.
Saat ini Kementerian Perdagangan belum berencana untuk menaikan HET. Menteri meyakini bahwa harga pokok penjualan masih berada di bawah HET. Menaikan HET mendorong inflasi.Kecuali produksi sudah tidak bisa lagi atau melebihi HET.
Sementara itu Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Suhanto mengatakan, bahwa penyesuaian HET tidak bisa dilakukan dalam kondisi pandemi Covid-19 karena memperhatikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.
Kebijakan pemerintah untuk menyalurkan distribusi hanya ke ritel modern juga bertujuan untuk memotong rantai penjualan. Sebab, semakin panjang rantai niaganya maka harga gula semakin mahal.
Saat ini produsen gula rafinasi baru menyalurkan stok gulanya sebesar 99.000 ton. Hal itu disebabkan karena adanya tarik ulur kebutuhan antara gula konsumsi dan industri.
“Mereka juga kan harus memperhatikan kebutuhan industri. Jadi stok yang ada dibagi setengah-setengah. Namun kami dorong agar mereka menyalurkan stok gula rafinasi dulu sambil mengisi kekosongan,” kata dia.
Lanjut Suhanto, produksi gula dalam negeri diperkirakan belum bisa memenuhi kebutuhan gula di pasar. Sebab saat ini musim giling gula bergeser dari April-Mei menjadi Mei Juni.
“Pasokan gula dari petani domestik diperkirakan baru ada di pasar pada Juli,” pungkas dia.