hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Tebar Virus Gemar Membaca Buku

Membaca memberi perspektif baru, membuat lebih pintar, meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi, serta meningkatkan daya ingat. Juga dapat menyelematkan dari penyakit alzheimer.

LIMA komunitas berikut ini, dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri, bergiat menggairahkan kegiatan gemar membaca buku. Aktivitas intelektual yang mulai meredup di era yang makin serba digital pada berbagai aspek kehidupan.

Gerakan One Week One Book (GOWB)

GERAKAN One Week One Book adalah komunitas yang diinisiasi oleh Lintang Indra Lastika, asal Kota Sidoarjo. Komunitas ini terbentuk tanggal 4 Januari 2018. Awalnya memang murni karena dia suka sekali baca buku. Premisnya, ‘menjejali anak muda dengan buku’ untuk dijadikan sebuah perkumpulan membaca yang menyenangkan tapi serius.

Mengingat buku merupakan jendela dunia, sudah jadi keharusan seharusnya bagi semua orang untuk menjelajahi dunianya sendiri-sendiri dari buku yang disukai. Diharapkan pembaca bisa membaca minimal satu buku dalam seminggu.

Sebagai seruan literasi, kegiatan GOWB ini terbagi dalam dua media. Media pertama adalah Instagram. Ke sini pembaca dapat membagikan ulasan terkait buku yang telah dibaca dalam setiap minggu. Jika mampu memenuhi taget jumlah bacaan buku pada GOWB, mereka akan diberikan sertifikat. Media kedua adalah grup WhatsApp. Di grup ini tak jarang admin mengadakan kegiatan diskusi buku atau Baca Buku Bersama secara offline.

Klub Buku Narasi

KLUB Buku Narasi adalah sebuah komunitas baca yang juga menjadi bagian dari Narasi TV. Kegiatannya adalah bedah dan bahas buku-buku. Tujuannya, memberikan informasi baru tentang buku yang informatif dan jarang diketahui. Klub Buku Narasi berkolaborasi dengan Gramedia Writing Project (GWP) mengadakan Lokakarya Kepenulisan secara daring.

Kegiatan ini diisi oleh tiga pemateri, yakni Felis Linanda, Arata Kim, dan Wienny Siska selaku Community Development GWP dan editor freelance di Gramedia Pustaka Utama. Lokakarya ini merupakan acara pengganti Sabtu Buku Virtual. Jadi, Friday Book Club ini merupakan acara pengganti dari Sabtu Buku Virtual yang dilakukan Klub Buku Narasi yang pertama.

Arata Kim memberikan dua tips dalam memulai tulisan. “Pertama, tentukan ide, lalu buat premis dan sinopsis cerita dengan bahasa sendiri. Kedua, buat outline agar tatanan penulisannya rapi. Jika kamu mengirim naskah ke penerbit dan ditolak, jangan sedih. Coba periksa lagi naskahmu, potong bagian yang tidak perlu dan sisihkan, jangan dibuang,” ujarnya.

Wienny Siska menyebut jenis tulisan yang disukai editor dan layak terbit. “Editor itu suka naskah yang bagus dan rapi, dari segi karakter dan plotnya harus enak dibaca dan nyambung. Logika dalam cerita juga harus diperhatikan. Terakhir, jika naskahmu mau disukai banyak orang dan layak terbit, jangan takut dikritik. Evaluasi perlu karena setiap karya butuh proses untuk menjadi lebih baik,” ujarnya.

Buibu Baca Buku Book Club (BBBBClub)

KOMUNITAS BBBBClub dikhususkan untuk pembaca perempuan, terutama para ibu. Kenapa? Pasalnya, seorang ibu cenderung tidak memiliki banyak waktu luang untuk membaca buku. Komunitas BBBBClub menunjukkan bahwa siapa pun mesti didukung membaca meski sudah jarang memiliki waktu luang. Komunitas ini diinisasi oleh Mak Puty dan Mak Restu.

Pada akhir tahun 2015 saya memulai membuat ‘aksi’ kecil-kecilan berjudul ‘Yuk Baca, Let’s Go Reading‘ untuk menyemangati orang di sekitar saya agar membaca buku. Aksi bagi-bagi freebies ini dipicu oleh kekhawatiran saya akan menurunnya minat baca di Indonesia, yang juga saya tuangkan dalam tulisan ‘I Think Indonesians Should Make Reading “Cool” Again‘.

Sudah 3 tahun berlalu sejak saya menulisnya, minat baca di Indonesia tampaknya makin menurun. Memang untuk pernyataan ini Mask Puty nggak memiliki data atau statistik. Yang pasti Toko Buku Aksara menutup cabang-cabangnya dan kini tampak lebih fokus sebagai toko buku independen dan pusat komunitas kreatif di satu lokasi saja, Kemang.

Sepulang dari New York, saya seperti mendapat energi dan inspirasi besar untuk memulai sesuatu yang baru, yang dapat bertumbuh bersama untuk menjadi sesuatu yang lebih besar. Saya ingin membuat komunitas membaca, khususnya bagi para ibu seperti saya, dan wanita pada umumnya. Saya berharap lebih banyak wanita bisa lebih banyak membaca buku (baik buku yang dicetak maupun digital).

Kenapa? Karena saya selalu yakin bahwa kebiasaan membaca adalah hal yang produktif dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menganalisis dan berkonsentrasi lebih lama. Dengan membaca, wanita, dan ibu-ibu pada khususnya akan lebih berwawasan dan dapat menerima perbedaan alih-alih ‘nyinyir’ kepada sesamanya.

Komunitas online ‘BBBBClub‘ sejauh ini masih berbentuk platform online dan berfokus di Instagram. Lewat BBBBC saya ingin mencoba untuk ‘memeluk’ dan ‘menyemangati’ lebih banyak wanita terutama ibu-ibu untuk membaca buku. Saya tidak berharap para anggota akan menjadi kutu buku atau ‘avid reader’, namun saya lebih berharap bahwa BBBBC bisa mengajak teman-teman yang tadinya nggak suka baca, jadi mau membaca setidaknya satu dua buku dalam setahun.

Komunitas Pencandu Buku (KPB)

DI ERA globalisasi saat ini, buku sering dianggap media pengetahuan dan hiburan yang kuno. Ini yang mendorong Fiersa Besari dan Aw Angesti membuat komunitas literasi bernama Komunitas Pecandu Buku/KPB. Saat itu keduanya masih mahasiswa. Fiersa Besari kini dikenal sebagai musisi dan Aw Angesti seorang blogger.

KPB yang dibentuk 18 Juli 2015 berlatar belakang keresahan terhadap budaya membaca yang semakin memprihatinkan di era digital.

Tidak sekadar di dunia digital, KPB juga aktif secara offline dan mampu melibatkan ratusan anggota. Agar bisa bergabung dengan komunitas ini, calon anggota mesti menyerahkan tulisan berupa ulasan buku. Ulasan itu akan diunggah ke akun Instagram KPB. Dilansir dari Fimela, kegiatan KPD, yaitu lomba menulis, diskusi, talkshow dengan mengusung berbagai tema, hingga membuka kesempatan untuk baca gratis di berbagai kota di Indonesia.

Mereka membawa sebuah gerakan untuk menyulut dan menebar virus membaca. Antara lain menggunakan media sosial @pecandubuku sebagai gerbang literasi. “Di sini sangat terbuka. Semua bisa masuk jadi anggota, tapi ada syaratnya yaitu mengulas sebuah buku yang sudah mereka (calon anggota) baca. Terus nanti akan ditampilkan di Instragram kami,” ujar Dyanti, Gate Utama Komunitas Pecandu Buku.

Sampai saat ini, kata Dyanti, anggota komunitas sudah mencapai 416 orang. Tidak hanya berada di Bandung, tetapi juga ada di Medan, Jakarta, Yogyakarta dan Makassar. “Saya harap ke depannya semoga komunitas ini bisa menyebarkan virus membaca secara merata buat seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Dyanti.

Bookstagram Indonesia

BOOKSTAGRAM adalah gabungan dua kata: Book dan Instagram. Umumnya Bookstagrammer berbagi kegiatan membaca lewat postingan Instagram. Para Bookstagram akan mengunggah foto-foto terkait buku yang akan atau sedang mereka baca. Lengkap dengan ulasan dan info terkait buku tersebut. Maksudnya untuk memudahkan sesama pecinta buku atau bookworm yang galau dalam memilih buku yang akan dibaca.

Jika umumnya kita membaca review buku dari platform seperti Goodreads, hadirnya Bookstagram memudahkan kita menemukan review buku incaran sebelum membeli atau membacanya.

Bookstagrammer memiliki keunikan masing-masing dalam mengunggah foto di akunnya. Ada yang mengkhususkan pada topik tertentu, ada yang membuat feeds dengan tema semenarik dan seunik mungkin, ada yang memotret dengan bantuan properti foto dan kamera canggih. Ada yang bermodalkan ponsel dengan kamera seadanya, ada juga postingan yang mengandung soft selling. Banyak penerbit ataupun penulis yang gemar mengadakan giveaway untuk para Bookstagram yang berhasil mengulas buku karyanya dengan semenarik mungkin. Jika terpilih, tentunya akan menjadi pembuka jalan bagi Bookstagrammer untuk bekerja sama dengan penerbit dan penulis. Salah satu penerbit yang rajin mengadakan giveaway adalah Buku Republika.

pasang iklan di sini