Di masa lalu, Petronas Malaysia belajar dari Pertamina Indonesia. Pertamina adalah perusahaan plat merah hasil gabungan Pertamin, 1968 dan Permina, 1957. Adapun Petronas berdiri 17 Agustus 1974. Dari Pertamina mereka mempelajari sistem pengelolaan industri hulu migas/penerapan kontrak bagi hasil migas (production sharing contract/PSC) Indonesia. Belakangan Petronas mampu berinovasi menyesuaikan dengan perkembangan dan situasi mutakhir. Siapa nyana, saat ini Petroliam Nasional Bhd Malaysia maju pesat bahkan mengungguli Pertamina.
Setengah abad kemudian, mengutip Laporan Keuangan Petronas Group, Petronas membukukan pendapatan RM 319.957 juta (sekitar Rp1.184 triliun) per 31 Desember 2024 (kurs Rp3.701). Total aset RM766.673 juta (Rp2.837 triliun). Sepanjang 2024 lalu, Petronas mencatatkan realisasi laba RM114.086 juta ringgit (Rp422 triliun).
Adapun sang gurunya dari negeri jiran, Pertamina—yang menorehkan masa keemasannya di era Pendiri dan Dirut pertamanya, Ibnu Sutyowo, 1968-1976—mencatatkan pendapatan US$75 miliar (sekitar Rp1.210 triliun) pada 2024 (kurs Rp16.135). Dari total pendapatan tersebut, belanja modal yang digelontorkan US$7 miliar. Revenue pada akhir 2024 sebesar US$ 75 miliar dan pengeluaran belanja modal US$7 miliar. Total aset yang dikelola Pertamina US$ 90 miliar (Rp1.452 triliun).
Dua Kasus investasi yang mendadak menarik seyogianya memosisikan Indonesia pada status Petronas tahun 70-an: kesudian belajar—pasca urungnya Nvidia, pusat riset dan pengembangan AI, dan Apple Inc., raksasa teknologi asal AS, tanam modal di sini. Pemodal memilih Vietnam yang menawarkan keunggulan kompetitif. Berikut detail daya tarik berbisnis di negeri yang merdeka 16 hari pasca proklamasi RI:
Biaya tenaga kerja yang lebih rendah, hingga biaya operasional perusahaan jadi lebih murah; Prosedur dan regulasi yang terkait dengan berbisnis lebih sederhana dan efisien, termasuk kemudahan dalam mendapatkan izin, pendaftaran properti, dan mendapatkan kredit pinjaman; Kondisi infrastrukturnya, jalan, pelabuhan, dan bandara, membuat proses logistik dan transportasi lebih efisien;
Perjanjian perdagangan yang lebih terbuka, termasuk deal perdagangan bebas dengan negara-negara lain; Tingkat stabilitas politik dan keamanan yang lebih baik, yang memberi kepastian untuk berinvestasi jangka panjang; Sistem logistik yang lebih efisien, yang membantu perusahaan mengurangi biaya pengiriman dan mempercepat proses produksi dan distribusi; Sistem logistik yang lebih efisien, hingga perusahaan mengurangi biaya pengiriman dan mempercepat proses produksi dan distribusi;
Tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi, yang membantu meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya operasional; Vietnam menawarkan berbagai insentif, seperti pembebasan pajak dan pengurangan tarif bea cukai; Tingkat korupsi yang jauh lebih rendah ketimbang Indonesia, yang mengondisikan lingkungan bisnis lebih bersih dan transparan.
Susahkah menduplikasi butir-butir nilai tambah di atas agar kita pun memiliki daya tarik bagi minat investasi. Pasti tidak, asal sudi rendah hati dan tawadhu.●
Salam,
Irsyad Muchtar