hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Berita  

Tantangan Kopi di Era Perubahan Iklim Dunia

Peluangnews, Jakarta – Cuaca yang tak menentu, curah hujan yang tidak teratur, badai, atau kekeringan berkepanjangan yang disebabkan perubahan iklim mengakibatkan ‘kejutan sistematik’ bagi harga komoditas kopi dunia. Belum lagi, adanya persebaran hama dan penyakit, serta praktik bertani yang tak lagi sesuai juga akan berdampak pada keberlanjutan produksi kopi.

“Perubahan iklim adalah realitas yang tidak dapat dihindari di zaman ini, sebuah fenomena global yang mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan lingkungan. Salah satu industri yang paling terkena dampak perubahan ini adalah industri kopi” ujar Executive Director dari Phillip Nova Pte, Thair Hussain, Selasa (24/10/2023).

Phillip Nova Pte, yakni sebuah perusahaan perdagangan kontrak berjangka dan komoditas ternama dari Singapura yang turut menjadi pembicara di Indonesia Coffee Summit 2023 (ICS 2023).

Baca : https://industri-olahan-kopi-ekspor-482-ton-ke-tiongkok

Surip Mawardi, peneliti kopi ternama di Indonesia yang telah diakui dunia juga mengungkapkan, perubahan iklim ini diawali oleh global warming atau pemanasan global.

“Dimulai dari abad ke-19, suhu Bumi sudah naik 1—1,6 derajat Celcius dan diperkirakan akan meningkat menerus” ujar Surip.

Surip menjelaskan, bahwa kenaikan suhu ini dapat merembet mempengaruhi berbagai aspek seperti kelembaban, curah hujan, hingga tekanan udara semuanya dapat berpengaruh besar pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.

Lebih jauh dari itu, berbeda jenis biji kopi juga memiliki kerentanan terhadap suhu temperatur yang berbeda pula. Biji kopi Arabika mempunyai batas toleransi fotosintesis di suhu 25 derajat celcius. Lebih dari itu, tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. Sementara biji kopi Robusta lebih kuat dan mampu bertahan di suhu 30 derajat celcius.

“Semakin panas suhu, artinya hama dan penyakit makin mudah untuk berkembang. Untuk pengaruh angin, makin kencang maka menyebabkan keguguran daun. Dan kelembapan juga dapat memacu perkembangan hama,” tutur Surip.

Baca : https://produsen-kopi-dapat-kembangkan-profil-rasa-berbeda

ICS 2023 juga turut mendatangkan Judith Ganes, seorang analis komoditi ternama di dunia. Ia memaparkan, bahwa perubahan iklim dunia juga mengakibatkan perlunya lebih banyak varietas kopi yang tahan terhadap penyakit.

“Para petani juga khawatir akan kekurangan tenaga kerja dan meningkatnya biaya input. Dan pada saat yang sama, terjadi perubahan cuaca yang lebih ekstrem yang mengganggu siklus pertumbuhan,” ungkap Surip.

Baca : https://atasi-perubahan-iklim-di-kebun-kopi-dengan-penerapan-mitigasi-dan-adaptasi

Mengetahui tantangan tersebut, Surip Mawardi mengusulkan 2 pendekatan strategi. Pertama adalah Adaptasi yaitu dengan mengembangkan varietas biji Arabika terbaru yang mampu bertahan di perubahan iklim juga mengembangkan spesies biji Liberica yang mampu tumbuh di pantai atau gambut tipis.

Kedua adalah Partisipasi, yaitu butuhkan aksi kolektif yang mampu mengurangi emisi karbon. Surip Mawardi juga mengajak agar para pemain di ekosistem kopi mulai memperhatikan emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas bisnisnya. (alb)

pasang iklan di sini