Bila berkunjung ke Tana Toraja bulan Juni, Juli, atau Desember; anda akan saksikan suasana rumah potong alami. Para jagal menyembelih puluhan babi dan kerbau secara kolosal.
DI ANTARA banyak destinasi menarik buat turis dunia, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, salah satunya. Bumi Tana Toraja (Tator) masih dihuni oleh suku asli Toraja. Mereka hidup dengan mempertahankan warisan budaya dan tradisi leluhur. Panorama alam di sana terjaga hijau asri berkat dukungan tanahnya subur makmur. Destinasi ini bahkan mungkin lebih populer di kalangan wisman dibanding wislok.
Khazanah obyek wisata di Tator merupakan perpaduan antara wisata budaya, alam dan sejarah. Di sini bisa dijumpai berbagai jenis tanaman tumbuh menjulang dengan sangat subur. Sepanjang kawasan Tator, wisatawan akan disuguhi view yang damai menenteramkan. Dengan koleksi keragaman semacam itu, pantaslah UNESCO memasukkan Tator dalam daftar sementara warisan budaya dunia pada tahun 2004.
Masyarakat Tator rutin menggelar upacara-upacara adat. Popularitas negeri ini memang terkait dengan corak khas kehidupan warga aslinya, suku Toraja. Di dalam ekspresi budaya itu disuguhkan berbagai tarian dan atraksi menarik. Mereka melestarikan gaya hidup yang diwarisi dari leluhur. Yakni gaya hidup Astronesia sebagaimana dijumpai pada suku asli Nias. Bagi anda yang baru mengunjungi Tator, aura mistis yang menyergap terasa kental.
Berada 12 km dari Rantepao ada desa dengan sejumlah rumah adat yang tersusun rapi dan asri. Desa yang terletak di Kabupaten Toraja Utara ini memiliki banyak rumah adat unik yang dikenal dengan sebutan Tongkonan. Rumah rumah adat Toraja ini didesain dan didekor semenarik mungkin dengan menempatkan tanduk kerbau pada bagian depan Tongkonan.
Di tempat ini memungkinkan anda memeriksa langsung betapa kokohnya rumah adat bernama Pallawa. Bentuk atapnya menyerupai tanduk kerbau, melengkung pada bagian tengah dan meruncing pada bagian kedua ujungnya. Mirip-mirip rumah gadang di Minangkabau. Rumah Pallawa dibuat dari bahan alami berupa batang kayu dan dedaunan yang berasal dari sekitar permukiman warga suku Toraja.
Selain bentuk dan penataannya yang artistik, sentuhan menarik terdapat pada seni warna dan motif ukiran. Aksesori tersebut mempercantik tampilan Pallawa. Keunikan lainnya, pembangunan rumah yang dibuat berjejer apik, sehingga membentuk kompleks seperti lazimnya tata letak perumahan modern. Rumah adat ini semakin eksotis dengan susunan tanduk-tanduk kerbau pada bagian depan.
MARI kita cermati lokasi demi lokasi sebagai berikut. Berkunjung ke kawasan Lemo, anda menyaksikan kuburan terbuka di dinding bukit. Inilah kuburan khusus para bangsawan. Masyarakat menyebutnya rumah para arwah. Bukit ini dinamakan Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah jeruk (limau). Di pemakaman Lemo ini, mayat-mayat menempati lobangnya masing-masing di dinding bukit yang curam. Alhasil, kompleks pemakaman ini jadi perpaduan antara kematian, seni, dan ritual.
Sejumlah jenazah digeletakkan begitu saja membentuk barisan rangka di beberapa area. Berbaur dengan sejumlah patung yang terbuat dari batang pohon yang diukir menyerupai manusia. Meski terkesan suram dan seram, berkunjung ke tempat ini jadi pengalaman langka. Pada saat tertentu, di sini biasa digelar ritual Ma’nene. Yaitu upacara dimana mayat-mayat didandani dengan pakaian baru untuk selanjutnya diajak berjalan-jalan.
Ke’te Kesu adalah sebuah nama desa. Di sini terlihat deretan Tongkonan dihiasi dengan indahnya dan lumbung padi serta bangunan megalitik di sekitarnya. Penduduk di perkampungan ini dikenal sebagai ahli seni ukir. Jika anda perlu berbelanja cenderamata, inilah tempatnya. Di sini terdapat istana Raja Sanggalla. Rumah tempat Puang Sangalla itu biasa disebut Rumah Tongkonan Buntu Kalando. Kini, Tongkonan sudah menjadi museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Sangalla.
Di Tator ada upacara adat untuk menghormati orang yang meninggal dunia dengan menggelar pesta dengan menyembelih puluhan ekor kerbau dan babi. Upacara ini dekenal dengan upacara adat kematian Rambu Solo’. Biasanya digelar selama satu malam atau bahkan sampai tujuh malam tergantung status sosial si mati. Apabila anda berkunjung ke Tator pada bulan Juni, Juli, atau Desember, anda dapat menyaksikan para penjagal melakukan penyembelihan puluhan babi dan kerbau secara kolosal. Masyarakat Toraja yakin, hewan-hewan tersebut merupakan sarana transportasi bagi para arwah manusia yang meninggal dunia.
Teruskan perjalanan ke Suaya, di sini terdapat makam keluarga raja. Di dekat Sangala anda akan menemukan kuburan pohon bayi. Di kuburan ini, bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon yang tinggi. Bayi dianggap makhluk yang masih suci. Upacara penguburan dilaksanakan secara sederhana. Bayi yang dikuburkan tidak dibungkus kain, sehingga dia seperti masih berada di rahim ibunya.
Lanjut ke Batu Tumonga di lereng Gunung Sesean, sekitar 25 km dari Rantepao. Batu Tumonga dikenal juga sebagai negeri di atas awan. Dari ketinggian 1.300 mdpl di lereng Gunung Sesean, anda bisa melihat keindahan pusat kota Rantepao. Sangat indah di malam hari dengan gemerlapnya lampu di rumah-rumah penduduk. Lokasi ini memang merupakan satu titik terbaik untuk menikmati keindahan panorama alam Tator.
Di tempat ini juga anda akan menemukan banyak bebatuan menhir dalam sebuah lingkaran dengan lima pohon di bagian tengahnya. Kebanyakan batu menhir (batu mirip tiang yang ditancapkan berdiri oleh generasi lampau) memiliki ketinggian sekitar dua sampai tiga meter. Selain menhir, daerah ini juga dikenal sebagai penghasil tenun ikat tradisional khas Tana Toraja.
Seperti sub etnik yang enggan bersentuhan dengan peradaban modern, penduduk cenderung memegang keyakinan, aturan dan ritual adat sebagaimana mereka terima secara turun temurun. Bahkan hampir semua tempat wisata Tana Toraja memiliki aura mistis, sejarah masa lampau, hingga kepercayaan tertentu.
Wisata Kete Kesu. Inilah sebuah desa yang sangat indah dan unik. Berlokasi sekitar 4 km dari Ratenpao. Terletak pada kawasan perbukitan dan persawahan. Di bagian atas tebing Desa Kete Kesu ada kuburan batu berbentuk mirip perahu. Nah, pada kuburan inilah terdapat tulang belulang dan tengkorak para nenek moyang. Di beberapa sisi tebing anda akan menjumpai aneka sesajen yang dipercaya sebagai makanan kesukaan mereka semasa hidup.
Wisata Londa. Londa adalah kompleks kuburan yang berada pada sebuah tebing batu besar. Lokasinya sekitar 7 km dari Kota Rantepao. Ada sensasi berbeda saat anda memasuki Londa, yakni nuansa gaib dan hawa dingin akan membuat bulu kuduk merinding. Terdapat banyak gua dan lubang pada tebing—yang sengaja dipahat sebagai tempat huma abadi mayat-mayat. Keunikan Londa itulah yang menjadikannya sebagai salah satu taman rekreasi Toraja paling banyak dikunjungi turis.
Wisata Museum Ne’ Gandeng. Museum ini terletak di Desa Pelangi, Sa’dan Balusu, Toraja. Dulunya, bangunan ini merupakan tempat pelaksanaan prosesi penguburan Ne’ Gandeng, yang meninggal 3 Agustus tahun 1994. Kini jadi museum dan banyak mendapat perhatian dunia. Bukan kebetulan jika ia jadi salah satu obyek wisata paling diminati wislok dan wisman.
Wisata Batu Tumonga. Desa yang satu ini menawarkan pemandangan alam dari Kota Rantepao yang bisa anda saksikan dari ketinggian mencapai 1300 M di atas permukaan laut. Karena keberadaannya yang cukup tinggi, banyak orang yang menyebutnya sebagai ‘negeri di atas awan’. Sore hari adalah waktu yang sangat tepat bagi anda untuk menikmati senja bersama pasangan terkasih.
Wisata Kompleks Megalit Kalimbuang Bori. Sebuah tempat paling unik bernama Kompleks Megalit Kalimbuang Bori. Akan akan melihat banyak sekali situs kuno yang dijuluki Bori Parinding yang memiliki arti kuburan batu serta Rante yang artinya lapangan rumput luas yang dijadikan sebagai tempat pelaksanaan pemakaman. Tempat ini juga terdapat banyak batu menhir batu berdiri yang telah berumur ratusan tahun dan sangat tepat menjadi spot untuk berfoto.
Wisata Ranteallo. Ini sebuah desa yang menampilkan keindahan. Di sini anda akan menemukan sejumlah rumah adat Tana Toraja yang saling berhadapan satu sama lain. Uniknya, rumah rumah adat ini dibuat dengan memiliki bentuk, ukuran serta tinggi yang sama. Sehingga akan kesan rapi dan tertata indah jika anda memandangnya dari jarak jauh.
Wisata Ollon di Bau, Bonggakaradeng. Ollon menawarkan hamparan bukit hijau yang begitu luas. Sangat cocok untuk keluarga menghabiskan akhir pekan di sini. Khususnya bila bermalam dengan berkemah di bukit sambil menikmati sejuknya udara bukit sembari menyaksikan keindahan alam. Selain sebagai tempat bermain bagi anak-anak, tidak sedikit juga yang menjadikan Ollon sebagai spot prewedding atau sebatas foto biasa.
Untuk sampai di obyek wisata di Provinsi Sulawesi Selatan ini, anda punya dua opsi. Jika menggunakan pesawat dari Bandara Hasanuddin, Makassar, anda akan sampai di Bandara Pong Tiku, Rantetayo, Tana Toraja, dalam waktu tempuh sekira 45 menit. Sedangkan jika melalui perjalanan darat, perlu waktu sekitar delapan jam untuk sampai di Rantepao, Tana Toraja.●(Nay)