octa vaganza
Wisata  

Taman Nasional Way Kambas Wisata Edukasi di Habitat Mamalia Besar

Sepak bola gajah lazimnya dipahami sebagai kiasan. Tapi di Way Kamas, Lampung Timur, hewan berkluping lebar itu mampu bermain sepak bola. Di sana ada sekolah khusus yang mendidik mereka siap tampil untuk berbagai atraksi.

SEEKOR Badak Sumatera betina lahir di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK), Provinsi Lampung. Dari Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) bernama Rosa lahir anak betina. Lahirnya anak badak 24 Maret 2022 lalu itu menyemarakkan jumlah badak di SRS TNWK menjadi delapan ekor.

Kok badak? Bukannya gajah? Bukankah Way Kambas dalam persepsi publik identik dengan gajah? Benar. TNWK dikenal dengan konservasi gajah, selain menjadi tempat perlindungan bagi Gajah Sumatera yang berjumlah sekitar 200 ekor. Satu hal yang penting dicatat, selain gajah, di kawasan ini juga terdapat International Rhino Foundation, yang hadir untuk melestarikan spesies badak dari kepunahan.

Selengkapnya, fauna di Taman Nasional Way Kambas antara lain Badak Sumatera, Gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus), Harimau Sumatera. Di samping itu juga ada Mentok Rimba, Buaya Sepit, Kijang, Tapir, Rusa, dan Beruang Madu. Primata di kawasan ini antara lain Lutung, Owa, Siamang. Tumbuhan yang mendominasi ekosistem ini antara lain meranti, rengas, keruing, dan puspa.

Taman Nasional Way Kambas berada di Kecamatan Labuhan RatuLampung Timur. Letaknya di ujung selatan Sumatera, 110 km atau 2,5 jam berkendara dari Kota Bandar Lampung. TNKW ini merupakan Taman Nasional pertama dan tertua di Indonesia. Luasnya menempati 1.300 km² dari hutan dataran rendah pantai sekitar Sungai Way Kambas di pantai timur Provinsi Lampung. Selain di Way Kambas, sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) yang lain bisa ditemui di Minas, Provinsi Riau.

TNWK sendiri satu dari dua kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Fasilitas yang terdapat di TNWK adalah Pusat Latihan Gajah, Hutan Suaka, penangkaran badak, resor Way Kanan, Teater Gajah, pesanggerahan, Pusat Informasi, toko cinderamata, 9 buah toko makanan, toko cenderamata, 6 buah shelter, guest hause, area parkir, 5 buah WC umum.

TNWK berbatasan langsung dengan 37 desa penyangga, yang terbagi menjadi 10 kecamatan di dalam 2 kabupaten. Kegiatan ilegal seperti pencurian kayu, pembakaran hutan dan perburuan satwa merupakan penyebab utama kerusakan hutan dan habitat alami di wilayah TNWK. Kebakaran hutan di kawasan TNWK dapat mencapai hampir separuh dari total luas Kawasan. Itulah yang terjadi pada tahun 1997, 2007 dan 2011.

Karenanya, Konsorsium Perkumpulan Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT), Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) dan Forum Rembug Desa Penyangga Way Kambas (FRDP) bersama-sama telah menyusun kegiatan untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kawasan konservasi TNWK dengan kegiatan utama berupa reforestasi seluas 60 ha (peningkatan kualitas kawasan terdegradasi) dengan dampak pengamanan seluas 5000 ha; dan perlindungan kawasan (125.000 ha) dan daerah penyangga TNWK (10.000 ha).

Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai tahun 1936 oleh Residen Lampung, Mr. Rookmaker. Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way Kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA, selanjutnya diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang luasnya 130.000 ha. Pada tanggal 1 April 1989 dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas. Pada tanggal 13 Maret 1991, dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas.

Wisata Gajah di Indonesia Gajah menjadi salah satu daya tarik di Taman Nasional Way Kambas dari segi wisata. Pengunjung bisa melakukan sejumlah aktivitas bersama gajah, mulai dari atraksi, memandikan, hingga bermain. Selain itu, pengunjung juga bisa menunggangi gajah untuk berkeliling dengan didampingi oleh pawang.

Berdasarkan fungsinya, gajah-gajah di TNWK terbagi menjadi Gajah Tangkat, Gajah Atraksi, Gajah Kerja, Gajah Penyelamat Satwa, Gajah Patroli, dan Gajah Pembantu Pengendali Kebakaran Hutan. Pilihan aktivitas yang dapat dinikmati oleh para wisatawan adalah seperti Jungle Tracking, Safari Night, Atraksi Gajah dalam ruangan, Gajah tunggang, naik kereta gajah, atraksi gajah berenang, joget gajah, gajah bermain bola, dan gajah berlatih. Untuk mengikuti Jungle Tracking dan Safari Night, anda harus memesan terlebih dahulu.

Taman Nasional Way Kambas (TNKW) Lampung ini ditetapkan sebagai salah satu kawasan Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park) yang ke-36, pada 25 Juli 2016. Artinya, Taman Nasional Way Kambas ini menjadi Taman Warisan ASEAN ke-4 di Indonesia. Piagam penetapan TNWK secara langsung diberikan oleh Director Asean Centre Biodiversity, Att Y Roberto D. Oliva kepada Dirjen Konservasi SDA dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI di pusat perlindungan Badak Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.

Sebagai Asean Heritage Park ke-36, penetapan sendiri telah lolos uji dari para ahli seluruh negara-negara Asean menjadi warisan bangsa-bangsa Asean karena memiliki “Outstanding of Value” yaitu berupa Biodiveritas yang endemik ada gajah,  badak, tapir, harimau Sumatera dan masih banyak lainnya, ini kemudian diakui menjadi kawasan yang sangat unggul dan memiliki nilai tersendiri dari kaca mata para ahli yang sudah memberikan penilaian.

Way Kambas dewasa ini bukan hanya milik dari masyarakat Lampung dan Indonesia saja, melainkan juga telah menjadi milik masyarakat di negara-negara di ASEAN. Pengelolaan konservasi tidaklah lepas dari aspek pemanfaatan. Salah satunya adalah pengembangan ekowisata yang berwawasan lingkungan dan kelestarian alam. Pengembangan ekowisata Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dengan menjadikan TNWK sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Lampung, sudah semestinya demikian.

Ditetapkannya Taman Nasional di Provinsi Lampung sebagai “Heritage Site” menunjukkan bahwa Provinsi Lampung kaya akan keanekaragaman hayati yang harus dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya. Jaga dan rawat harta tak ternilai itu dengan baik agar generasi anak cucu sempat memetik manfaat dari keberadaannya.

Taman Nasional merupakan benteng terakhir hidupan liar di Indonesia yang harus dikelola dan dilindungi. Sebagian besar taman nasional di negeri ini mengalami kerusakan hutan yang cenderung meluas. Kenyataan ini mencerminkan kompleksitas tantangan yang dihadapi. Sehingga sangat diperlukan kerja sama dan dukungan baik di tingkat nasional ataupun dunia internasional untuk menemukan solusi yang efektif dalam usaha mengembalikan kondisi hutan.●(Nay)

Exit mobile version