hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Tak Lulus SD, Bisnis Sanawi Beromzet Rp1,5 M

Tak banyak wong cilik yang seberuntung dia, meski tak kalah ulet. Ia mengawalinya sebagai kuli bangunan, lalu penjual es keliling. Bisa baca tulis pada usia 35, kini ia juragan dengan 27 sub distributor es krim Vanesa miliknya.

 

AKIBAT tidak fasih membaca dan menulis, ia sering diejek teman-temannya. Ia hanya sempat mengenyam pendidikan kelas 1 SD. Selama bertahun-tahun ia menjadi penggembala sapi milik orang lain. Itulah cara dia membantu meringankan beban keuangan keluarga. Sekaligus berbakti kepada orangtuanya. Lelaki itu namanya Sanawi (44 tahun), asal Blora, Jawa Tengah, yang kini dikenal sebagai juragan es krim.

Di usia 16 tahun ia adu nasib di Jakarta. Bersama tetangganya. Sesampai di Terminal Pulogadung, Sanawi malah ditinggal tetangganya. Ia kembali pulang ke kampung halaman. Beberapa waktu berselang, Sanawi kembali ke Jakarta. Ia jadi kuli bangunan. “Kalau sedang tidak ada kerjaan (di bangunan), saya menawarkan jasa pengecatan ke perumahan.

Setahun merantau, ia merasa tak ada peningkatan pendapatan. “Saya berpikir untuk mencari penghasilan tambahan dengan berjualan es krim,” ujarnya. Modalnya ia peroleh dari hasil pinjaman teman, Rp60.000. Dengan sepeda, Sanawi keliling menawarkan es krim buatan salah satu produsen ternama seharga Rp1.000 setiap cone. Meskipun dia kerap diusir orangtua yang tak mau anaknya membeli es krim. Hasilnya, dia bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp150.000 per hari.

Ia bisa membeli motor dan mengajukan pinjaman ke bank untuk membeli mobil bak terbuka sebagai penunjang usaha. Untuk belajar soal bisnis, dia berbaur dengan pengusaha es krim yang lebih dulu sukses. “Kalau mau kaya, kumpulnya dengan orang kaya, jadi ilmunya bisa tertular,” ujarnya.

Sanawi mengajak teman-teman yang bekerja di proyek bangunan ikut berjualan es krim. Ia menjadi distributor. Bisnisnya berkembang pesat. Selama tiga tahun menjadi distributor es krim, pada 2010, Sanawi sudah memiliki 400 pengecer yang disebutnya mitra. Kini, ia sudah memiliki 700 mitra yang dilayani melalui 27 sub distributor es krim miliknya bermerek “Vanesa” ataupun hasil kongsian di beberapa kota di Kalimantan, Makassar, Manado, Batam, dan Jakarta. “Targetnya seluruh Indonesia,” kata pria kelahiran 10 Oktober 1974 ini.

Tak puas di bisnis es krim, Sanawi juga merambah ke bisnis minimarket. Ia memiliki dua minimarket di Samarinda dan Palangkaraya. Namun, karena keuntungannya tipis, ia berniat menutup salah satu minimarket itu. Ia juga mengembangkan sayap bisnisnya di jasa penyewaan kontainer dan pengolahan bebek serta ayam beku.

Selain sebagai distributor es krim merek terkenal, Sanawi juga memproduksi es krim sendiri. Saat ini, Sanawi punya pabrik es krim di Kudus, Jawa Tengah. Ia juga memproduksi cone. Dalam sehari, pabriknya bisa memproduksi 40.000 cone. Dalam sebulan, ia dapat menjual hingga 9.000 ember es krim dengan omzet miliaran rupiah. Juragan es krim dengan omzet Rp1,5 miliar per bulan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Ia buta huruf sampai usianya menginjak 35 tahun. Ia belajar membaca dan menulis dibantu anaknya, bermula pada tahun 2010. Soalnya, “Teman-teman saya suka menakuti. Kata mereka, kalau ada materai, harus waspada. Soalnya, takut ditipu terus bisa masuk penjara,” katanya tergelak.●

pasang iklan di sini
octa investama berjangka