octa vaganza

TAHUN BARU = JIWA BARU

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari

Dan bulan apabila mengiringi

Dan siang apabila menampakkan diri

Dan malam apabila menutupi

Dan langit serta pembinaannya

Dan bumi serta penghamparannya

Dan jiwa serta penyempurnaannya

Maka Allah telah mengilhamkan kepada jiwa, (jalan) kejahatan dan ketaqwaan

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya

Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya

(Al-Qur’an surat As-Syams ayat 1-10)

Allah bersumpah demi waktu yang senantiasa berputar.  Ada pagi, ada siang dan ada malam.  Dengan pergantian siang dan malam, ada yang namanya hitungan hari, minggu, dan bulan.  Lewat pergantian bulan dari mulai bulan Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’dah dan Zulhijjah, Allah mengganti hitungan waktu menjadi tahun qomariah.  Tahun yang didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi.  

Begitupun pergantian bulan mulai bulan Januari hingga Desember, sebagai Tahun Syamsiah. Tahun yang didasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari. Sehingga Allah bersumpah demi waktu yang terus berputar sampai Allah kehendaki hancurnya dunia (kiamat).

Bersama waktu jua Allah bersumpah dengan langit, bumi dan jiwa.  Waktu ada, karena langit dan bumi bergerak menurut orbit, sehingga ada pagi, ada siang dan ada malam.  Pertanyaannya adalah, mengapa langit, bumi dan jiwa disebut dalam ayat yang berturut-turut ?

Jawaban sederhananya adalah karena langit dan bumi bertasbih dengan bergerak menurut orbitnya.  Jika bumi bergerak di luar orbitnya, maka kehancuranlah yang terjadi, bulan akan bertabrakan dengan bumi, bumi akan bertabrakan dengan matahari.

Begitupun jiwa, ia akan bertasbih dengan bergerak menurut orbitnya.  Orbitnya itu adalah enam rukun IMAN: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Rasul-rasul, iman kepada hari kiamat dan iman kepada qadha dan qadar (taqdir). 

Sedangkan gerakannya adalah lima rukun Islam : Syahadah (Pengakuan) yang ikhlas bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Pesuruh Allah, Mendirikan sholat dengan penuh khusu’, Melaksanakan puasa ramadhan dengan iman wa ihtisaban, Mengeluarkan zakat, dan Menunaikan haji bagi yang mampu.

Bila jiwa tidak mengikuti orbit (enam rukun iman), atau bergerak di luar orbit (tidak beramal sesuai rukun Islam), maka jiwa itu akan kotor.  Masya Allah!  Sempurna sekali penciptaan jiwa ini.  Sudah disiapkan orbitnya berupa rukun iman, dan sudah diatur gerakannya berupa rukun Islam. 

Sehingga orang yang tidak (BERIMAN); tidak beriman kepada Allah, tidak beriman kepada malaikat, tidak beriman kepada kitab-kitab, tidak beriman kepada Rasul-rasul, tidak beriman kepada hari kiamat dan tidak beriman kepada qadha dan qadar (taqdir), jiwanya telah kotor.

Begitupun bila tidak (BERISLAM); jika lisan tidak mengakui Allah dan Muhammad sebagai utusannya, jika badan tidak sholat, jika tubuh tidak puasa, jika tangan tidak mengeluarkan zakat, jika diri tidak menunaikan haji padahal mampu, maka jiwanya telah kotor.  Allah menjamin orang yang melaksanakan sholat dengan benar, maka sholat itu akan mencegah orang yang melakukannya dari perbuatan keji dan mungkar (Qs 29:45).  Artinya, sholat itu dapat mengekang seseorang dari perbuatan keji dan mungkar, sekaligus mendorong seseorang untuk menghindari keji dan mungkar. Ini bukan perbuatan mudah, kenapa? Karena setan tidak rela.  Tugas setan itu adalah menyuruh manusia untuk berbuat keji dan mungkar (Qs 24:21).  Setan akan berusaha sekuat tenaga agar manusia berbuat keji dan mungkar.  segala cara akan diambil setan agar manusia terjerumus.  Hanya saja, Allah menegaskan bahwa orang-orang ikhlas tidak akan tergoda oleh setan: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.” (Qs 15: 39-40). 

Ikhlas itu bisa dilatih dengan sholat.  Ibn Katsir dalam menafsirkan Qs 29:45  itu, mengutip Abul Aliyah yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-‘Ankabut [29]: 45) Sesungguhnya di dalam salat itu terkandung tiga pekerti, setiap salat yang tidak mengandung salah satu dari ketiga pekerti tersebut bukan salat namanya; yaitu ikhlas, khusyuk, dan zikrullah (mengingat Allah). Ikhlas akan mendorongnya untuk mengerjakan perkara yang baik, khusyuk akan mencegahnya dari mengerjakan perbuatan munkar, dan zikrullah yakni membaca Al-Qur’an menggerakkannya untuk amar makruf dan nahi munkar.

Tiga ayat surat As-Syams dari ayat 8-10 bermakna, bahwa setiap pergantian tahun, akan terjadi dua peristiwa, apakah manusia semakin beruntung (semakin suci jiwanya), atau semakin merugi (semakin kotor jiwanya). 

Manusia yang semakin beruntung adalah manusia yang setiap pergantian tahun, dia melakukan muhasabah, melakukan evaluasi terhadap perbuatannya dalam setahun terakhir, memperbaiki kalau kalau ada perbuatan yang kurang baik, dan mempertahankan (atau membuat semakin baik)  kalau kalau ada perbuatan yang sudah baik.    Ini persis seperti laporan kinerja yang dilaksanakan di tempat kita bekerja.  Dalam laporan tersebut, disampaikanlah apa yang sudah berhasil dilaksanakan, dan apa yang belum. Jika belum, kenapa?  Apakah cabang cabang sudah untung?  Apa yang harus diperbaiki? dan sebagainya.  Untuk kantor saja kita melakukan laporan kinerja, apalagi untuk pribadi kita. Sudah saatnya kita melakukan laporan kinerja pribadi, kepada Allah SWT atas apa yang dilakukan setahun terakhir. Misalnya saja, setahun terakhir masih saja berurusan dengan lembaga riba, maka tahun depan harus hijrah dari lembaga riba ke lembaga bebas riba.  Atau setahun terakhir masih suka bermain maisir (spekulasi) di pasar saham, maka tahun depan harus meninggalkannya. 

Sementara manusia yang merugi adalah manusia yang setiap pergantian tahun, dilalui dengan hura-hura yang tak jelas, berhubungan dengan minuman alkohol, melakukan pesta seks, masih terus saja makan riba, tambah tenggelam berspekulasi di pasar saham, dan lain sebagainya yang semakin jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala.  Artinya, manusia seperti itu adalah manusia yang terus mengotori jiwanya.

Orang yang dari waktu ke waktu mengotori jiwanya, maka Allah akan membinasakan mereka disebabkan dosa mereka (Qs As-Syams:14).  Lihatlah kaum ’Aad.  Lihatlah kaum Tsamud,  lihatlah kaum Fir;’aun yang Allah timpakan azab kepada mereka akibat dosa-dosa mereka. (Qs Al-Fajr 6-13)

Tetapi…

Orang yang dari waktu ke waktu mensucikan jiwanya, maka Allah akan memanggilnya:

Hai jiwa yang tenang

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya

Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaku

Dan masuklah ke dalam Surgaku   (Qs AlFajr:27-30)

Exit mobile version