Jakarta (Peluang) : Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 sebesar 5,3 persen. Pemerintah berupaya untuk menjaga keberlanjutan penguatan ekonomi nasional.
Target pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,3 persen lebih besar dibanding target pemerintah APBN 2022 sebesar 5,2 persen. Target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia menandakan pemulihan ekonomi terus berjalan setelah pada 2021 ekonomi tumbuh 3,69 persen karena dampak pandemi Covid-19
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, asumsi dasar ekonomi makro ini disusun dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian nasional, agenda pembangunan yang akan dicapai, serta potensi risiko dan tantangan yang dihadapi. Hal ini dilakukan dengan menjaga kesehatan dan keberlanjutan fiskal untuk menghadapi risiko dan gejolak ekonomi global.
“Pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan sebesar 5,3 persen. Kita akan berupaya maksimal dalam menjaga keberlanjutan penguatan ekonomi nasional,” kata Jokowinya saat menyampaikan Pidato RAPBN 2023 Beserta Nota Keuangannya di Kompleks DPR-MPR RI, Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipicu secara maskimal di tahun depan, pemerintahh akan mengupayakan beberapa hal. Salah satunya, menurut Jokowi, pemerintah akan mengupayakan ekspansi produksi tetap konsisten agar dapat membuka lapangan kerja. Selain itu, beberapa sumber pertumbuhan baru harus segera diwujudkan, serta pelaksanaan berbagai agenda reformasi struktural akan terus diakselerasi untuk transformasi perekonomian.
“Investasi harus dipacu, dan daya saing produk manufaktur nasional di pasar global harus ditingkatkan,” imbuhnya.
Karena menurutnya, dengan semakin kuatnya sektor swasta sebagai motor pertumbuhan, maka manajemen kebijakan fiskal akan lebih diarahkan untuk menciptakan keseimbangan antara perbaikan produktivitas dan daya saing.
” Tentunya upaya tersebut harus diiringi dengan menjaga kesehatan dan keberlanjutan fiskal untuk menghadapi risiko dan gejolak di masa depan,” kata Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi menyatakan adanya bauran kebijakan yang tepat, serta sinergi dan koordinasi yang semakin erat antara otoritas fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan menjadi modal yang kuat dalam rangka akselerasi pemulihan ekonomi nasional serta penguatan stabilitas sistem keuangan.