octa vaganza

Switenia Puspa Lestari, dari Takut Laut Jadi Pembersih Laut 

 

Switenia Puspa Lestari-Foto: Irvan Sjafari

JAKARTA—Di usianya yang  masih muda, Switenia Puspa Lestari  mampu menjadi pendiri  dan nahkoda dari   Yayasan Divers  Clean Action sejak 2015.

Kegiatannya bukan hanya sekadar  menyelam, tetapi juga mengajak penyelam membersihkan  sampah dari dasar laut. Sudah banyak  aktivitas membersihkan yang melibatkan komunitas ini sejak berdirinya.

“Ketika saya  menyelam ke dasar laut yang saya lihat bukan hanya ikan dan terumbu karang tetapi  juga sampah. Yang paling menyebalkan di antaranya ada sampah kantong kresek hingga sedotan plastik,” cetus dara  kelahiran Bogor, 23 Desember 1994 ini ketika ditemui Peluang di  sela-sela kegiatan talkshow “Pramuka Bersih Negeri”  di Arboera Café, Manggala Wanabakti,  Minggu (10/2//2019) yang dihadiri oleh  puluhan anggota Pramuka tingkat Penegak dan Pendega.

Menurut alumni   Teknik Lingkungan ITB ini data yang dikumpulkan  Divers Clean Action memperkirakan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya menembus 93 juta batang.  Sampah sedotan merupakan jenis Itu sebabnya sejak  2017 dia mencanangkan gerakan tidak memakai sedotan.  Artinya tidak minum langsung dari gelas atau menggunakan sedotan bekas pakai.

Menurut gadis yang karib dipanggil Tenia ini  banyak orang yang tidak menyadari sampah laut yang terurai menjadi kecil akan dimakan ikan, lalu ikan dimakan manusia. “Tanpa sadar kita telah memakan sampah,”  kata dia khawatir.

Memasuki 2019 ini  lembaganya terus aktif    kampanye kepada generasi milenial  untuk ikut menjaga kebersihan laut,  seperti yang dilakukannya  di  talkshow dengan Pramuka.  Divers Clean Action juga terlibat dalam kegiatan instalasi  sampah laut yang didirikan oleh KFC Indonesia  di kawasan Serpong.

Ayahnya Sempat Meminta Jadi PNS

Mengapa peduli pada laut?  Padahal waktu kecil  Tenia sempat takut laut, karena dalam benaknya ada hiu yang menakutkan. Namun karena ayahnya bekerja di Kepulauan Seribu,  mau tidak mau anak ke 2 dari 3 bersaudara ini mengenal laut.

“Saya jadi kenal snorkeling ketika duduk di kelas 3 SD, mengenal diving waktu kelas 5 SD dan mendapat lisnesi waktu duduk di bangku SMP,” tutur Tenia, seraya mengatakan mampu menyelam hingga kedalaman 30 meter.

Tenia sempat mengaku pernah terpikir jadi diplomat, namun kemudian memilih Teknik Lingkungan ITB.  Kini lulus  dan mendirikan Yayasan Divers Clean Action, ayahnya sempat bertanya: mengapa tidak menjadi PNS?  Namun Sang Ayah berbalik jadi bangga karena berkat aktivitasya Tenia selain mampu mempekerjakan 8 staf, juga bisa berpergian ke luar negeri memperkenalkan nama bangsa.

“Ke depan bersama kami ingin terus memperluas area proyek membersihkan sampah plastik dari lautan ini  ke pulau-pulau kecil.  Indonesia memiliki 17 ribu pulau kecil dan  itu harus dijaga lingkungannya,” kata dia, sambil mengingatkan bahwa Indonesia mempunyai kekayaan untuk wisata  diving yang termasuk terbaik di dunia (Irvan Sjafari).

Exit mobile version