
Peluang News, Jakarta – Istilah swasembada pangan sejak pasca reformasi selalu muncul di ruang publik. Indonesia sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, nyatanya masih sangat bergantung pada impor. Misalnya, beras.
Di masa orde baru, Indonesia pernah mengalami swasembada beras. Entah kenapa swasembada beras kini terkesan hanyalah sebuah cita-cita yang sulit terwujud?
Adalah fakta harga beras mahal dan bahkan cenderung naik. Rakyat jelata menjerit.
Presiden Joko Widodo di awal pemerintahannya pada 2014 memiliki optimisme bahwa swasembada beras di Indonesia akan tercapai.
Tetapi hingga masa pemerintahan Jokowi yang akan berakhir pada 20 Oktober 2024 mendatang, swasembada beras belum juga terlaksana.
Program food estate atau lumbung pangan yang digaung-gaungkan antara lain di Kalimantan Tengah pun kandas alias mangkrak.
Sekitar seminggu lagi pemerintahan Jokowi berganti kepada presiden terpilih Prabowo Subianto, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan swasembada pangan tercapai dalam tiga tahun ke depan dengan melibatkan petani muda melalui pertanian modern dan inovatif.
Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi serta ketahanan pangan nasional.
Mentan Andi Amran Sulaiman mengaku ia sudah 11 bulan keliling Indonesia untuk memastikan pangan aman.
“Mimpi kita paling lambat tiga tahun ke depan Indonesia akan swasembada pangan. Bahkan, kita akan menjadi lumbung pangan dunia nantinya,” kata Mentan dalam keterangannya, di Jakarta, Sabtu (12/10/2024).
Menurut dia, peran petani muda sangatlah penting dalam mendorong swasembada pangan di Indonesia. Saat ini, pihaknya memacu petani muda salah satunya di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Di daerah tersebut, Kementan telah menghibahkan berbagai macam alat pertanian modern untuk para petani generasi milenial dan generasi Z, yang ditargetkan berjumlah 50.000 orang.
Amran mengaku telah menyiapkan untuk generasi milenial, generasi Z akan turun ke lapangan dengan gunakan teknologi tinggi mesin pertanian. “Kemudian milenial minimal berpendapatan Rp10 juta per bulan,” katanya.
Selain itu, Kementan menargetkan sebanyak 50.000 orang generasi milenial untuk dihibahkan peralatan pertanian sehingga bisa berkontribusi bagi pangan Indonesia. Mereka bekerja dengan menggunakan teknologi tinggi membantu untuk petani.
Amran menjelaskan bahwa langkah menuju pertanian modern sudah berjalan dan berbagai bibit unggul maupun pompanisasi pun telah digencarkan di berbagai daerah di Tanah Air.
Karena itu, dia mengajak petani yang ada di Kabupaten Bone, untuk merevolusi sektor pertanian Indonesia dengan sistem modern. Pertanian, katanya, tidak bisa maju tanpa transformasi dari metode tradisional menuju modern.
Mentan Amran Sulaiman berharap petani merevolusi sektor pertanian Indonesia dengan menerapkan teknologi dan mekanisasi dalam seluruh prosesnya untuk menuju pertanian modern.
“Ini adalah tantangan besar, tetapi dengan kerja keras dan inovasi, kita optimis bisa mencapainya,” ucapnya.
Dia mendorong generasi muda dari seluruh Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan untuk segera bergegas melakukan produksi dengan teknologi dan mekanisasi.
Generasi muda, kata Mentan, harus terlibat dalam revolusi pertanian ini dengan menggunakan teknologi tinggi. Pihaknya memberikan bantuan alat pertanian modern agar mereka lebih produktif dan efisien. Ini adalah upaya untuk memastikan pertanian Indonesia semakin maju.
Mentan menambahkan, pertanian merupakan sektor strategis yang memiliki potensi besar pada penguatan ekonomi nasional. Ini yang terus dilakukan Presiden Jokowi dan juga terus dijaga oleh presiden terpilih Prabowo Subianto.
Semoga target Kementan tiga tahun ke depan bahwa Indonesia menjadi lumbung pangan menjadi kenyataan, tidak seperti food estate yang tidak juga terwujud. []