hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Svensk Kooperation, Bersatunya Koperasi Besar Swedia

Pendidikan perkoperasian yang dilakukan secara konsisten memegang peran penting dalam keberhasilan usaha koperasi Swedia. Koperasi menjadi pelaku usaha penting di hampir seluruh lini usaha.

Kawasan Skandinavia selama ini memiliki corak ekonomi yang kental dengan ideologi “jalan tengah” antara kapitalisme dan sosialisme. Sebagian pihak menyebutnya sebagai kapitalis rakyat karena adanya konsentrasi kepemilikan modal yang tesebar di tangan banyak orang. Terlepas dari perbedaan istilah tersebut, yang jelas lembaga koperasi sangat memengaruhi pengambilan kebijakan strategis.

Swedia merupakan salah satu negara di kawasan tersebut yang memiliki koperasi dengan daya tawar tinggi terhadap posisi negara. Koperasi bahkan telah menjadi komponen perekonomian terpenting negara asal pesepakbola  Zlatan Ibrahimovic ini.  Ambil contoh, toko-toko ritel milik koperasi yang menguasai lebih dari 20 persen pangsa pasar ritel. Begitu pula dengan industri susu dimana koperasi menjadi pelaku usaha yang dominan.

Dilihat dari akar sejarahnya, pembentukan koperasi Swedia  tidak lepas dari hubungan antara koperasi di bidang manufaktur dengan koperasi konsumen untuk memperluas lahan usaha masing-masing. Sinergi ini bisa disebut bersifat simbiosis mutualisme karena saling menguntungkan. Ini dibuktikan dengan usaha masing-masing koperasi yang terus berkembang.

Seiring perkembangan waktu, sinergi yang sudah lama terjalin berkembang menjadi keinginan untuk bernaung dalam satu wadah. Puncaknya terjadi pada 11 Mei 2017, dimana perkoperasian Swedia memasuki babak baru dengan didirikannya Svensk Kooperation. Pendirian koperasi baru ini tidak main-main karena diinisiasi oleh komunitas terbesar dibidangnya masing-masing seperti Federasi Petani Swedia (LRF), The Swedish Co-operative Union (KF), Koperasi Perumahan HSB cooperative dan KFO.

Perkembangan usaha koperasi memberi pengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Saat ini, 100 koperasi besar Swedia mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 100 ribu orang dan menghasilkan omzet sebesar 400 miliar Krona Swedia (SEK). (catatan : 1SEK sekitar Rp1.660). Sekadar catatan, koperasi-koperasi itu merupakan pemain utama di bidangnya masing-masing.

Keberhasilan Koperasi-koperasi Swedia tidak lepas dari konsistensi dalam melaksanakan program pendidikan yang disusun secara teratur dan pendidikan orang dewasa di Sekolah Tinggi Rakyat (Folk High School), serta lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Koperasi Pusat Penjualan Swedia (Cooperative Forbundet) mensponsori program-program pendidikan yang meliputi 400 jenis kursus teknis yang diberikan kepada karyawan dan pengurus Koperasi. Dengan pendidikan perkoperasian yang disiplin, perkoperasian disana sangat mengakar di tengah masyarakat.

Awalnya usaha koperasi didirikan untuk memerangi kekuatan monopoli yang dipegang perusahaan swasta. Pada 1911 gerakan Koperasi di Swedia berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar. Selanjutnya pada 1926 Koperasi berhasil mematahkan monopoli penjualan tepung terigu yang dimiliki perusahan swasta. Salah seorang pelopor koperasi Swedia yang terkenal adalah  Albin Johansen, seorang birokrat. Tindakan paling fenomenalnya adalah ketika menasionalisasi perusahaan penyaringan minyak bumi dimana pengelola selanjutnya adalah koperasi.

Dari Swedia, Koperasi Indonesia bisa belajar bahwa pendidikan perkoperasian sebagai salah satu prinsip koperasi mutlak dilakukan jika ingin usahanya  didukung anggota. Swedia juga menjadi contoh terbaik bahwa di samping bersaing, koperasi perlu bersanding. Terlebih di era disruptif ini kolaborasi merupakan sebuah keniscayaan. (drajat).

pasang iklan di sini