octa vaganza

Survei Mark Plus Ungkap Perubahan Tren Belanja

JAKARTA—-Perusahaan Konsultan Marketing Mark Plus menggelar Industry Roundtable edisi kesepuluh yang membahas sektor fast moving consumer good (FMCG) pada Selasa (19/5/20). Sebanyak 500 partisipan bergabung dalam kegiatan ini melalui aplikasi Zoom.

Kegiatan  diawali dengan sebuah survei cepat mengenai kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi produk harian seperti produk kesehatan, makanan, dan produk higienitas di tengah pandemi Covid-19

Survei ini diikuti oleh 110 responden di seluruh Indonesia dalam satu minggu terakhir dengan persentase 60.4% pria dan 39.6% wanita ini menunjukan adanya perubahan perilaku masyarakat pada industri FMCG dari faktor loyalitas hingga pertimbangan dalam memilih produk.

Associate Client Success Team MarkPlus, Inc. Chrestella Carissa menyampaikan, sejak terjadinya pandemi corona sebanyak 46.8 persen responden memilih untuk memasak sendiri makanan yang akan dikonsumsi.

Walaupun banyak responden juga memasak sendiri,  27.9 persen responden masih mengkonsumsi makanan cepat saji seperti mie instan, frozen food, dan makanan kaleng. Peningkatan konsumsi multivitamin dan penggunaan handsanitizer juga meningkat bahkan hingga dua kali lipat.

“Masyarakat lebih banyak mengkonsumsi multivitamin, meningkat dari 35.1 persen menjadi 58.6 persen setelah Covid-19 mewabah di Indonesia,” ungkap Chrestella dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/5/20).

Sayangnya, lanjut dia, sebanyak 47.7 persen responden mengaku sulit menemukan produk kesehatan saat ini.

Terbatasnya pasokan barang tertentu juga telah membuat masyarakat mencari alternatif produk sejenis. Imbasnya, loyalitas customer terhadap suatu brand menurun hingga 75.7 persen untuk produk makanan dan minuman, 79.3 persen untuk produk kesehatan, dan 93.7 persen pada produk higienitas.

Masyarakat tidak akan ragu untuk beralih kepada merek lain jika tidak menemukannya di pasar. Faktor harga yang murah juga masih menjadi pertimbangan dalam membeli produk FMCG.

Selain faktor ketersediaan, produk harus relevan dengan kondisi saat ini di mana ada perubahan kebiasaan customer sebelum dan setelah pandemi mewabah di Indonesia.

Kemudahan dalam mendapatkan produk makanan dan kesehatan membuat masyarakat memilih melakukan transaksi secara daring dengan delivery service.  

“Hal tersebut bisa menjadi peluang bagi pebisnis di sektor FMCG untuk meningkatkan teknologi digital,” tutup  Chrestella.

Exit mobile version