Jatuh hati pada nasib petani garam di Indramayu. Itu yang terjadi pada diri Suriadi ketika melakukan riset pada 2013. Di matanya petani garam di Indramayu masih konvensional berakibat kualitas produksinya buruk.
Ingin mengubah nasib petani, Suriadi pun memutuskan untuk terlibat menjadi petani garam dengan memperkenalkan teknologi filter air dengan pengelolaan yang lebih baik. Hasilnya garam produksi pria kelahiran 1988 itu diterima dan menjangkau seluruh Indonesia.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Tanjung Pura ini memimpin dua perusahaan, yaitu PT Surya Sentra Persada di Bidang Logistik, bekerjasama dengan DHL, CV Bahari Mineral Mandiri di Bidang Produksi dan Distribusi Garam, kerja sama dengan beberapa Perusahaan Modal Asing (Lotte, Cargill, Cheetham)
“Saya juga membina Koperasi Banyu Surya Segara di bidang produksi garam lokal. Ratusan petani garam sudah bergabung dengan saya,” ujar Suriadi.
Lahan garam yang berada dalam naungan Suriadi seluas antara 80 hingga 120 hektar, baik milik sendiri, maupun miik petani binaan dan kerja sama. Produksinya dua ribu ton per bulan, dengan omzet miliarian rupiah.
“Ke depan saya ingin buat pabrik untuk buat garam sekelas industri agar bisa dari hulu ke hilir. Insha Allah terwujud pada 2022,” tutup dia. (Irvan)