hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Suku Wajak, Homo Sapiens yang Pelaut Tangguh

Manusia Wajak dalam jenis Homo Sapiens karena mereka telah mengenal upacara penguburan mayat. Diduga, dari sinilah sub-ras Melayu Indonesia berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.

DI ANTARA 478 suku bangsa di wilayah Nusantara, Suku Wajak adalah suku yang datang paling awal. Mereka mukim di Desa Wajak, Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Disebut suku tertua di Indonesia karena mengacu pada hasil penemuan kerangka fosil manusia purba, yaitu Homo Sapiens Wajakensis. Suku Wajak mulai menghuni wilayah itu diperkirakan 500 ribu—sejuta tahun silam.

Dari 10 suku berusia tua yang menghuni Tanah Air, yang tertua adalah Suku Wajak. Keberadaan mereka diketahui berkat penelitian bernama B.D. Von Rietschoten. Arkeolog Belanda ini menemukan fosil Homo Sapiens Wajakensis di lereng pegunungan karst di Kecamatan Campurdarat, pada 24 Oktober 1888.

Fosil temuan Von Rietschoten berupa tengkorak, rahang bawah, dan tulang leher manusia Wajak. Arkeolog itu menyimpulkan bahwa ada kesamaan antara manusia Wajak dan penduduk asli suku Aborigin di Australia. Ditengarai, manusia Wajak tinggal di dalam gua dan dekat dengan rawa-rawa dan pantai untuk memudahkan mencari bahan makanan. Mereka hidup berpindah (nomaden).

Kajian arkeologis Rietschoten menunjukkan, Suku Wajak ternyata memiliki persamaan dengan suku Aborigin, suku bangsa asli penghuni Australia. Bahkan tak tertutup kemungkinan Homo Sapiens Wajakensis ini merupakan nenek moyangnya suku Aborigin, suku bangsa asli di Benua Australia yang permanen terpinggirkan hingga sekarang oleh migran-residivis dari Inggris dan lain-lain.

Meski hadir paling awal, peradaban Suku Wajak sama sekali tak bisa dibilang terbelakang. Dilansir dari goodnewsfromindonesia.id, Suku Wajak disebut tangkas, terampil dan sangat menguasai bidang kemaritiman. Mereka dikenal sebagai suku pelaut tangguh. Samudra luas adalah hal mudah untuk mereka arungi, walaupun hanya menggunakan perahu sampan dari pohon besar yang dilubangi.

Suku Wajak ini dapat digolongkan sebagai jenis manusia yang sudah memiliki peradaban (tinggi). Salah satu buktinya, mereka sudah mengenal penguburan manusia. Padahal, di dalam kehidupan prasejarah masa-masa berikutnya, sistem penguburan baru dikenal sesudah manusia mengalami perkembangan beratus-ratus tahun atau pada zaman Batu Muda (Neolitikum).

Padahal, dasar penguburan itu erat kaitannya dengan kepercayaan dalam melindungi roh-roh dari gangguan alam atau binatang buas. Sehingga, bisa dikatakan suku tertua di Indonesia itu sudah mengenal usaha melindungi hidup mereka yaitu berburu untuk menjamin kelangsungan hidupnya, mendirikan tempat tinggal atau berlindung di dalam gua-gua untuk menghindari keganasan alam dan binatang buas.

Gua-gua yang menjadi tempat tinggal seperti itu dari bukti-bukti sejarah terlihat bahwa letaknya tidak jauh dari pantai atau rawa-rawa. Hal itu wajar karena sewaktu-waktu penghuni gua itu harus mencari makan berupa kerang ataupun ikan. Bagi Suku Wajak, rawa menjadi tempat penting dalam menunjang kehidupan mereka.

Dengan bukti semacam itu, jelas bahwa Tulungagung pernah dihuni oleh manusia purba. Kemungkinan mereka inilah nenek moyang bangsa-bangsa yang masih hidup sampai sekarang. Meski Suku Wajak diasumsikan sebagai suku tertua di Indonesia, tidak berarti manusia yang tinggal di berbagai wilayah Indonesia hanya dari keturunan Homo Wajakensis.

Suku Wajak diperkirakan menghilang dari Indonesia sekitar 20.000 tahun silam. Kepunahan mereka dikait-kaitkan dengan meletusnya Gunung Dempo (1839), dan Gunung Krakatau (1883). Pendapat lain menyebut, Suku Wajak meninggalkan Tulungagung dan hijrah ke Jepang dengan mendiami Pulau Ainu dan Jumono. Tapi sejauh ini tidak ditemukan catatan pasti mengenai teori tersebut.

Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak digolongkan sebagai Homo Sapiens pertama di Asia. Penelitian tentang fosil manusia purba ini kemudian dilanjutkan oleh Eugene Dubois di lokasi yang sama pada tahun berikutnya. Eugene Dubois menduga bahwa Homo Wajakensis termasuk dalam ras Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan menurunkan bangsa Aborigin.

Berdasarkan hasil temuan, Homo Wajakensis diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun lalu di Indonesia. Meski ditemukan di Jawa Timur, manusia jenis ini tidak hanya mendiami Indonesia bagian barat saja. Mereka juga diketahui mendiami sebagian wilayah Nusantara bagian timur. Untuk keseharian, mereka telah mengenal teknologi berupa alat-alat dari batu ataupun tulang. Mereka juga mengenal cara memasak makanan, meskipun dengan teknik yang sangat sederhana.

Selain itu, von Koenigswald mengkategorikan manusia Wajak dalam jenis Homo Sapiens karena mereka telah mengenal upacara penguburan mayat. Diduga dari Homo Wajakensis inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.

Ciri-ciri fisik Homo Wajakensis antara lain: Ukuran tengkoraknya sedang dan agak lonjong. Muka datar dan lebar, Akar hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol sedikit. Dahinya sediki miring dan di atas matanya ada busur kening nyata. Volume otak sekitar 1.630 cc Tingginya sekitar 173 cm.

Ada beberapa suku tertua di Indonesia yang mungkin jarang disadari oleh masyarakat. Menjadi negara kepulauan dengan 17.000-an pulau besar dan kecil, tentunya Indonesia mempunyai berbagai kekayaan ras, budaya, 742 bahasa daerah, dan agama, termasuk suku. Bangsa Indonesia sekarang adalah bangsa-bangsa yang nenek moyangnya berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan, sebelum pindah ke Indonesia mereka telah lama tinggal di daerah Indonesia.
            Secara kategoris, para ahli membedakan delapan jenis manusia purba di Indonesia:

            1. Meganthropus Paleojavanicus, fosilnya ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936-1941 di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.
            2. Pithecanthropus Mojokertensis, ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur oleh Weidenreich dan G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936.
            3. Pithecanthropus Erectus, ditemukan di lembah Bengawan Solo, Desa Trinil, Jawa Tengah oleh Eugene Dubois tahun 1891.
            4. Pithecanthropus Soloensis, ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth di Desa Ngandong, Jawa Tengah.

            5. Homo Wajakensis, ditemukan di Desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten pada tahun 1889. Penemuan ini menjadi yang pertama di Asia.
            6. Homo Floresiensis, ditemukan di Pulau Flores, Nusa Tenggara.

            7. Homo Soloensis, ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald pada tahun 1931-1933 di Sangiran, Jawa Tengah.             8. Homo Sapiens, jenis ini berarti manusia purba cerdas. Diduga hidup antara 25.000 dan 40.000 tahun yang lalu.●

pasang iklan di sini