Tiga koperasi asal Makassar, Bekasi, dan Semarang berguru ke Kopsyah BMI yang dinilai berhasil dalam memadukan pengembangan usaha, pemberdayaan, dan aksi sosial.
Keberhasilan Kopsyah BMI dalam mengembangkan usaha yang dibarengi dengan pemberdayaan dan praktik tanggung jawab sosial menggugah pegiat koperasi di tanah air untuk menirunya. Ini terlihat dari gelombang kedatangan koperasi lain untuk studi tiru ke koperasi besar berprestasi tersebut.
Dalam satu bulan terakhir, ada tiga koperasi datang berguru ke koperasi yang dikomandoi oleh Kamaruddin Batubara, biasa disapa Kambara itu yakni Koperasi Sekunder Ukhuwah Sejahtera Madani Makassar Sulawesi Selatan, BMT Bina Usaha Mandiri Indonesia (BMT Bumi) Bekasi, dan Koperasi Syariah Binama Semarang Jawa Tengah.
Arman Lantong, Ketua Pengurus Koperasi Sekunder Ukhuwah Sejahtera Madani Makassar mengungkapkan kekagumannya pada Kopsyah BMI dalam mengembangkan usaha sekaligus melaksanakan pemberdayaan dan aksi sosial, termasuk dalam mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dari anggota lewat perantara kencleng.
“Dari kencleng saja, Kopsyah BMI mampu membangun 502 unit Hibah Rumah Siap Huni gratis, bagi kami di Sulawesi Selatan itu hal yang tak mungkin terjadi. Untuk itu, kami datang ke sini dan menjadikan BMI sebagai benchmark dalam mengembangkan koperasi,” ujar Arman.
Pria asal Makassar itu juga mengacungi jempol atas keberhasilan Kopsyah BMI dalam mengembangkan sirkuit ekonomi melalui pembentukan koperasi sekunder BMI Group. Sehingga perputaran roda ekonomi di koperasi terasa lebih kencang.
Koperasi Sekunder Ukhuwah Sejahtera Madani Makassar yang tumbuh dari Ormas Wahdah Islamiyah kini memiliki aset sebesar Rp60 miliar dengan 40 unit koperasi primer dan 60 ribu anggota.
Hal senada diutarakan Ketua Pengurus Kopsyah Binama Agus Mubarok. Ia ingin belajar dari kesuksesan Koperasi BMI Group dalam mengembangkan sirkuit ekonomi koperasi melalui tiga koperasi primernya yakni Kopsyah BMI, Kopmen BMI, dan Kopjas BMI.
“Secara umur kami sudah lebih tua dari Kopsyah BMI yakni 31 tahun. Tapi secara aset, Kopsyah BMI lebih unggul sampai Rp1,3 triliun. Itulah maksud kedatangan kami dari Semarang untuk belajar ke sini,” ujar Agus Mubarok.
Sementara Ketua Pengurus BMT Bumi, Samuji berharap studi tiru dapat memberikan wawasan baru baginya dalam membangun bisnis koperasi. “Secara umur kami lebih muda baru 8 tahun, jadi kita perlu belajar akselerasi pengembangan bisnis dari Koperasi BMI,” kata Samuji.
Menanggapi kedatangan kolega koperasi yang melakukan studi tiru tersebut, Kambara menekankan bahwa jatuh bangunnya koperasi bergantung pada anggota. Koperasi menempatkan anggota sebagai pemilik, pengguna, dan pengendali.
“Membangun koperasi kita hanya membutuhkan orang – orang yang jujur dan setia kawan dan mau bekerja sama. Kami di Koperasi BMI ingin menjaga BMI tetap menjadi koperasi, tidak berubah menjadi perseroan terbatas. Ini sesuai amanat Pasal 15 dan 16 UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi,” paparnya.
Ia menambahkan selanjutnya perlu memupuk komitmen bersama tentang modal bersama dengan gotong-royong, pasar bersama yang menjadi captive market, dan terus melakukan inovasi tanpa henti. Inilah yang menjadi kunci utama keberhasilan Kopsyah BMI.(Kur)