Shiv Khera, motivator dan pendiri Qualified Learning System Inc, USA, dalam buku best seller-nya “You Can Win“ menggambarkan substance and form dengan sangat indah. Ia menceritakan tentang customer service program yang mengajarkan peserta untuk mengatakan “please” dan “thank you“ sambil tersenyum dan menjabat tangan pelanggan.
Tapi sampai kapan seseorang bisa terus tersenyum palsu (fake smile) kalau dia sendiri tidak punya keinginan untuk men-serve ? Pelanggan pasti merasa jengkel dengan ketidaktulusan senyuman tersebut. Shiv Khera tak hendak mengecilkan pentingnya pelatihan, tapi jauh lebih penting membangun behavior yang mencerminkan core value organisasi.
Sertifikat sebagai bukti telah lulus dalam suatu pelatihan adalah penting. Tapi substansi dari pelatihan adalah adanya peningkatan kompetensi dan perbaikan cara kerja. Code of conduct and whistleblower policy rata-rata telah dibuat dengan sangat lengkap tapi substansinya adalah keberanian karyawan dan anggota untuk menyampaikan pelanggaran yang terjadi. Jika tanpa keinginan menelusuri penyebabnya, hal itu hanya akan jadi formalitas semu.
Peter Vajda, Founding Partner of North Partnering dalam artikelnya Substance vs Form mengatakan Form is the “outer” self, substance is the “inner” self. Outer self adalah bagaimana kita menampilkan diri kita kepada dunia, kondisi ideal yang diinginkan, termasuk penampilan fisik, perilaku yang dipilih untuk menunjukkan diri kita dalam interaksi sosial.
Outer self bisa dianggap sebagai make up dalam situasi sosial. Di sisi lain, inner self adalah inti sejati dari siapa kita, termasuk pemikiran, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai (values), bagian dari diri kita yang mungkin tidak selalu terlihat oleh orang lain.
Peter Vajda mengingatkan kita untuk lebih menghabiskan waktu dan energi kepada inner self dibanding outer self karena substansi (inner self). Sama seperti Shiv Khera, Peter Vajda pun tidak bermaksud mengatakan bahwa form (outer self) tidak penting; tapi jika berfokus kepada substance (Inner self), perlahan kita akan meninggalkan obsesi kepada sesuatu yang ideal, form (outer self).
Dalam menjalankan organisasi kita harus selalu memperhatikan keduanya, substansi dan form (formalitas). Substansi berkaitan dengan isi, kualitas, dan esensi sebenarnya dari pekerjaan atau produk, inti dari apa yang ditawarkan seseorang atau organisasi, termasuk:
- Kualitas Kerja: Seberapa baik pekerjaan dilakukan, termasuk ketelitian, efisiensi, dan efektivitas dalam memenuhi atau melampaui standar dan harapan;
- Kompetensi dan Keahlian: Tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki seseorang atau tim dalam melaksanakan tugas atau proyek mereka;
- Inovasi dan Kreativitas: Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru, solusi inovatif, dan pendekatan kreatif dalam menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan;
- Nilai Tambah: Kontribusi nyata terhadap tujuan dan objektif organisasi, termasuk bagaimana pekerjaan seseorang membantu mencapai hasil yang lebih besar;
Form berkaitan dengan cara pekerjaan atau produk disajikan atau dirasakan, termasuk estetika, presentasi, dan tampilan luar. Ini bisa mencakup:
- Penampilan dan Presentasi: Cara pekerjaan atau produk ditampilkan, termasuk kemasan, desain, dan keseluruhan estetika;
- Komunikasi dan Ekspresi: Bagaimana ide, hasil, atau informasi dikomunikasikan, baik secara lisan maupun tulisan, termasuk kejelasan, persuasi, dan kemampuan untuk menarik perhatian dan minat;
- Etiket Profesional dan Sikap: Sikap, perilaku, dan cara berinteraksi di tempat kerja, yang mencerminkan profesionalisme dan mengatur tone dalam hubungan kerja;
- Branding dan Identitas: Identitas visual dan merek organisasi, yang membantu membedakan dan memposisikan dirinya di pasar.
Jesus Gil Hernandez dalam artikelnya Form or Substance in Marketing, Which One is More Important mengatakan, sebuah merk akan hidup atau mati pada first impression. Setelah itu, substansi yang bekerja untuk membuat penilaian dan memenuhi harapan customer. Keduanya penting.
Sejarah, katanya, penuh dengan contoh penemuan-penemuan besar yang gagal karena tidak dipasarkan dengan baik. Jika anda tidak menceritakan kisah anda, tidak ada yang akan mendengarnya, sebagus apa pun cerita Anda.
Bangunlah atmosfer yang selalu mengedepankan substansi di tempat kerja anda yang fokus pada kualitas, kedalaman, dan keaslian dalam semua aspek pekerjaan, dari interaksi interpersonal hingga output yang dihasilkan. Tugas yang memerlukan komitmen terhadap keunggulan, inovasi, dan integritas.
Berikut beberapa strategi untuk membina suasana yang kaya akan substansi:
Culture of Learning and Growth
Fasilitasi terciptanya Continues Learning, dorong karyawan untuk mengejar pengembangan profesional melalui pelatihan, seminar, dan pendidikan lanjutan. Investasi dalam pembelajaran menunjukkan komitmen terhadap budaya excellence and growth, sembari kembangkan budaya dimana feedback diberikan secara terbuka dan diterima sebagai kesempatan untuk pertumbuhan.
Encouraging Innovation and Creativity
Buat lingkungan dimana karyawan merasa aman untuk bereksperimen dan mengambil risiko yang terukur. Inovasi seringkali lahir dari kegagalan dan pembelajaran (failure and learning). Fasilitasi pertukaran ide melalui brainstorming, workshop, atau platform collaborative online. Lingkungan yang mendukung ide-ide baru akan mendorong kreativitas dan solusi yang inovatif.
Clarity of Purpose and Values
Pastikan semua anggota tim memahami visi dan misi organisasi serta peran mereka dalam mencapainya. Pemahaman tersebut akan meningkatkan motivasi dan dedikasi anggota team terhadap tugas yang menuntut standar tinggi, high quality. Komunikasikan dan hidupkan organization’s core values dalam setiap aspek pekerjaan. Values seperti integrity, honesty, and cooperation harus menjadi dasar dari etika kerja.
Focus on Quality●
Tetapkan standar kualitas yang tinggi untuk semua output, dari produk hingga layanan pelanggan. Pastikan tidak ada kompromi terhadap kualitas. Hargai dan beri apresiasi yang tinggi kepada mereka yang mempunyai keahlian dan karya-karya yang membanggakan di semua strata organisasi.
Authentic and Inspirational Leadership
Leader harus menjadi panutan dari values dan standar yang mereka harapkan. Leadership yang autentik dan transparan membangun kepercayaan dan menginspirasi orang lain. Beri kesempatan karyawan untuk mengambil inisiatif dan memberi mereka ruang untuk tumbuh. Leadership yang mendukung empowerment anggota tim akan meningkatkan ownership dan kebanggaan terhadap pekerjaannya.
Building Meaningful Relationships
Hidupkan komunikasi yang terbuka dan efektif memperkuat hubungan dan memperdalam pemahaman bersama. Fasilitasi teamwork dan collaboration antar departemen atau unit. Kerja sama yang erat menciptakan solusi yang lebih komprehensif dan meningkatkan kohesi tim.
Freddie Mercury, vocalist dan pianist group rock legendaris “Queen” menulis quote “When I’m dead, I want to be remembered as a musician of some worth and substance.” Jadilah leader yang dikenang sebagai leader yang membangun values dan substance. Nantinya tim anda dengan sendirinya akan menciptakan hal-hal yang bersifat form (formalitas) yang akan mendukung organisasi dan produk.●