hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Studi Banding PKPRI Jakarta Raya, Menggali Model Pertanian Terpadu di Kopontren Al-Ittifaq

 

Kunjungan studi banding PKPRI kr Kopontren Al Ittifaq. Foto:Peluang
Kunjungan studi banding PKPRI kr Kopontren Al Ittifaq. Foto:Peluang

PeluangNews, Bandung-Suasana pagi di kaki pegunungan Rancabali terasa sejuk ketika rombongan Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) Jakarta Raya tiba di Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq, Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/11/2025).

Kunjungan studi banding ini dibuka dengan penjelajahan langsung ke perkebunan milik koperasi. Para peserta diajak berkeliling melihat beragam jenis sayuran yang tumbuh subur di lahan pesantren, sekaligus mempelajari bagaimana ekosistem pertanian Al-Ittifaq dikelola secara terpadu.

Dari hamparan kebun yang tertata rapi hingga proses produksi yang melibatkan masyarakat sekitar, kunjungan tersebut memberikan gambaran nyata bagaimana Kopontren Al-Ittifaq telah menjadi contoh pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren.

Di balik kesederhanaannya, lembaga ini membuktikan bahwa pesantren mampu menjalankan fungsi pendidikan, sosial, dan ekonomi secara bersamaan tanpa meninggalkan nilai-nilai kemandirian.

Studi banding PKPRI ke Kopontren Al Ittifaq. Foto: Peluang

Ketua Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq, KH. Agus Setia Irawan, menjelaskan kepada peserta, “Dari 1997 kami masih istiqomah di pertanian, tidak pernah ke yang lain, tidak berubah ke sektor simpan pinjam.Koperasi-koperasi lain mendapat pembiayaan dari LPDB, sementara kita tidak. Kenapa? Karena kita mau petani yang ada di sektor riil. Kalau pesantren kan selalu ditanamkan kemandirian.”

Ia menegaskan bahwa koperasi ini sejak awal berdiri tidak dibangun dari pinjaman eksternal.

“Pendiri kami mengatakan usaha itu tidak dimulai dari pinjaman, tetapi dari sekemampuannya kita. Makanya saat itu tidak mendapat pembiayaan tapi kita bisa bertahan karena usaha kita,” ujarnya.

Menurutnya, pesantren memiliki tanggung jawab lebih dari sekadar mendidik santri. Ia menuturkan perjalanan Al-Ittifaq yang bertransformasi dari lembaga pendidikan menjadi lembaga ekonomi sejak koperasi berdiri pada 1997.

“Niatnya adalah pesantren ini melakukan kegiatan ekonomi bukan untuk memperkaya diri, tapi memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar,” katanya.

Ia menambahkan bahwa sejak 1992 Al-Ittifaq telah memasok produk pertanian ke Hero. “Dari awal kami punya prinsip bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan. Perkara ada bisnis di situ, itu hadiahnya saja.”

Ia juga menjelaskan latar belakang sosial yang melandasi berdirinya pesantren. “Dulu yang berhak sekolah adalah orang kaya dan kesempatan masyarakat biasa hampir tidak ada. Karena itulah berdiri pondok pesantren,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa santri-santri Al-Ittifaq dipersiapkan sebagai pribadi profesional dan mandiri. “Keberhasilan santri hari ini tidak terlepas dari peran guru-guru kami yang mengkader kami. Tantangannya adalah pasca saya, apakah bisa mengkader kembali anak-anak kami.”

Dukungan komunitas menjadi kekuatan besar Al-Ittifaq. “MBG bagi kami sangat penting. Ekosistem Al-Ittifaq berjalan karena didukung masyarakat komunitas yang kuat. Petani otomatis menjadi anggota koperasi,” jelas KH. Agus.

Ia menyebutkan bahwa dari 270 kelompok tani mitra, hampir 6.000 petani merupakan alumni pesantren. “Jadi lebih mudah kita mengkonsolidasikannya.”

Ia menegaskan bahwa pesantren tetap menjaga marwahnya. “Alumni kita tidak pernah jadi kades, bupati. Yang dititipkan oleh almarhum Kyai Fuad adalah santri, santri, santri,” katanya.

Karena tidak semua alumni bisa menjadi kiai, pesantren menekankan pentingnya kemampuan pelayanan, komunikasi, dan kewirausahaan. “Pondok pesantren bisa produktif.”

Dalam tubuh koperasi, prinsip transparansi dan keterbukaan selalu dijaga. “Apa yang bisa kita kontribusikan untuk KDKMP, kita kontribusikan. Kita tidak pernah punya resep khusus yang tidak boleh kita ceritakan ke orang lain,” ungkapnya.

Ia juga menyebut bahwa dari enam lokasi magang pesantren, tidak ada yang ditempatkan di hotel. “Lima di hotel, hanya Al-Ittifaq yang tidak di hotel.”

Kunjungan PKPRI Jakarta Raya ini menjadi bukti bagaimana praktik pertanian pesantren dapat dipelajari secara langsung dan diadaptasi oleh lembaga lain.

Dari proses tanam hingga konsolidasi dengan para petani, Kopontren Al-Ittifaq menunjukkan bahwa kemandirian ekonomi dapat tumbuh dari akar tradisi, nilai, dan komitmen kuat terhadap pemberdayaan masyarakat.

pasang iklan di sini