Tangerang (Peluang) : Sebanyak 30 pengurus dari 14 koperasi dari sejumlah daerah merasa terkesan dengan Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) yang dapat memberikan kemanfaatan bagi anggotanya dan masyarakat luas.
Salah satu manfaatnya, BMI sudah melakukan pembangunan rumah gratis dan rumah tanpa DP bagi masyarakat. Keterkesanan tampak dari para pengurus saat mendengarkan pemaparan Presiden Direktur Koperasi Syariah BMI Kamaruddin Batubara terkait pengelolaan koperasi, di Aula BMI, Tangerang, Kamis (24/11/2022).
Para pengurus melakukan studi banding ke beberapa lembaga perkoperasian di Jakarta dan Tangerang, yang diprakarsai Majalah Peluang. Sebelum studi banding ke BMI, mereka terlebih dahulu mengunjungi Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM) di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan.
“Dari studi banding ini, kami mendapatkan ilmu bagaimana BMI sudah bisa membangun rumah gratis bagi masyarakat yang dananya Sumber dari infaq dan Dana Kebajikan (alih fungsi dana provisi),” kata Ketua KUD Sumber Karya, Kalimantan Barat, Marius Habu, usai studi banding.
Sebelumnya, Kamaruddin menjelaskan bahwa kehadiran koperasi jelas harus memberi kemanfaatan bagi anggotanya dan masyarakat luas. “Kalau tidak, untuk apa bikin koperasi. Jadi, tidak melulu bicara soal keuntungan. Justru yang utama adalah bagaimana masyarakat bisa merasakan betul kehadiran koperasi,” tandasnya.
BMI, lanjut dia, sudah melakukan pembangunan rumah gratis bagi masyarakat. Program renovasi rumah sudah dijalankan sejak 2007. Pada 2014, kata dia, BMI memprogramkan rumah gratis bagi masyarakat yang tidak mampu. Kemudian pada 2016, mulai memprogramkan rumah tanpa DP (down payment), bisa dicicil sampai 20 tahun. “Jadi, DP 0 persen, jauh-jauh hari sudah kami jalankan di BMI,” tuturnya.
Kamaruddin mengaku hal itu berangkat dari pengalaman betapa sulitnya mengumpulkan uang untuk membayar DP rumah sekitar tahun 2003. “Dari situ saya berpikir, apakah harus selalu pakai DP, padahal itu hanya bagian dari mitigasi risiko. Dan lagi, dalam prinsip syariah itu tidak adil,” ujarnya.
Saat berkecimpung dalam dunia koperasi, Kamaruddin mengaku baru memahami bahwa hal itu bisa diatasi dengan pengaturan manajemen yang baik. Selain itu, amanah koperasi untuk memberi kesejahteraan kepada masyarakat juga mendorong hal tersebut, dimana terjadi kecukupan sandang, pangan, dan papan.
Dalam masyarakat banyak orang punya tanah, tapi tidak memiliki kemampuan membangun rumah. Ada juga yang tidak punya tanah dan tidak punya rumah. Masalah-masalah ini harus dibantu penyelesaiannya.
“Kami dorong para pengurus dan staf BMI untuk mengkomunikasikan hal tersebut kepada masyarakat. Selain itu, pengurus juga melakukan modernisasi pembukuan yang memungkinkan hal itu terjadi.”
“Saya meyakini, kalau kita membantu orang, maka Tuhan pun akan memudahkan jalan kita untuk dapat rezeki. Itu prinsip di syariah. Faktanya memang demikian, dari sisi perolehan laba BMI di 2019, mengalami peningkatan signifikan. Demikian juga aset BMI semakin besar. Bahkan pajak terhadap negara pun mencapai Rp5 miliar lebih di 2019,” katanya.
Kamaruddin Batubara menambahkan, bahwa koperasi menganut falsafah kekeluargaan, gotong royong, dan kebersamaan. Hal itu juga yang menjadi filosofi dari koperasi.
Para peserta studi banding berasal dari Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ), KSPPS BMT Assyafi’iyah BN (Kota Gajah Lampung Tengah), KSP Bhina Raharja (Rembang, Jateng), KSP Utama Karya (Jepara Jateng), Kopsyah Nurul Ummah (Bojonegoro Jatim), KSP Graha Mandiri (Semarang Jateng), KSPPS BMT UGT Nusantara (Pasuruan Jatim), KSPPS BMT Maslahah (Pasuruan Jatim), KSPPS Berkah Insani Mulia (Tuban Jatim), KSP Kopdit Pintu Air (Maumere NTT), KSP CU Semarong (Sanggau Kalbar), KUD Sumber Karya (Sekadau Kalbar), Koperasi Perkebunan Tampun Juah (Sanggau Kalbar), Kopkar GMF Aero Asia Sejahtera (Tangerang Banten). (Yat)