hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Stella Lukitasari, Viva Bakery, Kue Jadul hingga “K-Pop”

JAKARTA-–Kalau orang Inggris punya ungkapan “Likes Father Like Son”, maka ungkapan yang cocok untuk Stella Lukitasari adalah “Like Mother Like Daughter”.  Kedua ungkapan ini sebetulnya sama dengan buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Sang Ibu sewaktu mudanya aktif berjualan kue, roti dan puding.  Namun karena usianya sudha wkatunya pensiun dan tidak sanggup menjalankan usahanya, maka Stella yang mewarisi bakat memasak Sang Ibu sekaligus kemampuan berjualan kue menjalankannya.

Kebetulan warga Taman Cipinang, Jakarta Timur ini mempunyai latar belakang pendidikan formal dan pengalaman kerja yang terkait, yaitu bidang pariwisata Politeknik Sahid, serta pernah bekerja di antaranya di  Washoku Sato- Daily Worker F&B Service (2018) dan sejumlah hotel di kawasan Jakarta.

Di bawah bendera “Viva Bakery”, Stella terjun ke wirausaha sejka 2017 untuk tahun berdirinya sebenarnya sejak sekitar 2017,  sekalipun brand itu  baru berdiri secara resmi  7 Desember 2020.

Terobosan yang dilakukan Stella cukup menarik, yaitu menggabungkan kue jadul seperti roti bruder dan roti kekinian. Dia memilih roti bruder karena,  belum banyak pesaing yang membuat roti bluder, selain itu roti bluder merupakan roti yang paling lembut.  Roti ini  lebih tahan lama daripada kue yang lainnya.

“Selain itu  saya juga sempat membuat Korean garlic yang sempat viral, karena memang lagi tren K-Pop,” ucap Stella kepada Peluang, melalui Whatsapp, Sabtu (30/10/21).

Stella juga membuat roti manis, kue bolu, pudding, kue kering. Adapun untuk makanan panggangnya saya membuat lasagna, pastel tutup , dan macaroni schootel. Bahkan ada juga rengginang bawan dan terasi.  Dia memproduksi kue dan rotinya di rumah.

“Saya mulai tergerak untuk pelan-pelan menawarkan kue-kue saya mulai dari orang terdekat dulu dengan cara melalui WA status, WA grup, lalu mulai juga dengan e-commerce.

Dia mengaku tidak langung cepat mendapatkan banyak pembeli. Dia senang kalau ada yang memberikan “review” bagus dan “down” kalau ada yang bilang kurang cocok. Namun smeuanya itu dijadikan masukan untuk terus melangkah maju.

Stella megaku  membuat  30 hingga 50 roti, di luar kue-kue yang lain. Memang masih sedikit, karena sekarang begitu banyak pesaing-pesaing yang jual roti. Dia juga mengaku belajar dari seorang chef untuk membuat kue dan roti. Namun dia sudah membuat kue resepnya sendiri yang belum dirilis.

Dia mengaku juga terbantu program Jakpreneur, di mana tidak saja mendapatkan banyak manfaat.  Selain mendapatkan teman-teman baru yang sama-sama masih merintis usahanya, dia juga mendapatkan informasi sedang diadakan bazaar yang diselenggarakan Jakpreneur dan tanpa biaya tentunya.

Program ini sangat membantu bagi orang-orang yang masih merintis usaha. Jakpreneur juga mengadakan acara-acara pelatihan memasak, bagaimana cara memasarkan produk, bagaimana foto produk yang bagus, bagaimana cara memasarkan barang di e-commerce.

“Ke depan, saya ingin membuka toko kue sendiri, karena saat ini masih menjalankan secara daring, dan bisa menambah karyawan lagi. Karena saat ini semua masih dijalankan oleh anggota keluarga,” tutupnya (Irvan).

pasang iklan di sini