JAKARTA—Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari mengungkapkan, sebanyak 56 Persen UMKM penjualannya menurun. Sementara sebanyak 22 persen berkaitan dengan permodalan.
Demikian dikatakan Fiki dalam konferensi pers virtual di Jakarta, pada Kamis (16/4/20). Lanjut dia, hal ini merupakan kesimpulan sementara berdasarkan laporan yang telah masuk lewat call center terkait permasalahan yang kini dihadapi KUMKM karena merebaknya penyebaran virus corona atau Covid-19.
Sementara sebanyak 18 persen UMKM mengalami kesulitan
distribusi. Kemudian sebanyak empat persen kesulitan bahan baku.
“Data yang masuk secara umum ini, sebanyak 52,4 persen usaha mikro belum
memiliki tabungan usaha. Jadi bagaimana kami dengan seluruh pihak terkait dan
seluruh usaha mikro kecil bisa menerima program secara cepat dan tepat,”
ujar Fiki.
Meskipun demikian, Fiki mengatakan data yang diterima melalui call center belum
semuanya diolah, karena pemerintah harus menyesuaikan data tersebut dengan data
internal di Online Data System Kemenkop UKM.
Sementara Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop UKM Victoria br Simanungkalit
menuturkan, kementerian berupaya memulihkan UMKM dengan berbagai program
stimulus serta development
program setelah pemulihan atau recovery.
“Berdasarkan hasil identifikasi, masalah yang dihadapi oleh
KUMKM selama pandemik Covid-19 ini meliputi enurunan penjualan, kesulitan bahan
baku, distribusi terhambat, permodalan dan produksi menurun,” ujar Victoria.
Mengantisipasi itu, Kemenkop melakukan dengan beberapa inisiasi. Pertama,
Stimulus Daya Beli Produk UMKM atau Koperasi. Kedua, Bantuan Langsung Tunai
Usaha Ultra Mikro dan Mikro. Ketiga, Restrukturisasi dan Subsidi Suku Bunga
Kredit Usaha Mikro.
Lalu keempat, Restrukturisasi Kredit Untuk Koperasi melalui LPDB. Kelima,
Belanja di Warung Tetangga. Keenam, Kartu Pra Kerja. Ketujuh, Relaksasi
Pajak. Kedelapan, Masker untuk Semua. Terakhir, Badan Usaha Milik Negara
sebagai Offtaker Produk Pangan dan Bahan Pokok.