JAKARTA—-Potensi bisnis ayam di Indonesia masih luar biasa, mengingat konsumsi di Indonesia baru 12 kilogram per kapita. Sementara negara tetangga Malaysia dengan populasi penduduknya tidak sebesar Indonesia mengkonsumsi 48 kilogram per kapita.
“Selain itu ayam adalah protein hewani yang demokratis, berbeda dengan sapi dan babi masih ada resistensi agama,” ujar Managing Director Foods Sierad Produce di sela acara peluncuran 100 Gerai Ayam Goreng Tajir di Jakarta, Kamis (20/2/20).
Dicky mengakui flutuasi harga masih menjadi kendala bagi peternak ayam potong. Harga bisa jatuh sekali atau harga tinggi sekali. Salah satu faktornya adalah harga pakan ternak ayam, yaitu jagung yang masih mahal.
“Sementara Brazil harga jagungnya jauh lebih murah karena mereka menyediakan lahan yang juga luas. Hal itu berakibat harga ayam potong di Brazil selisihnya sampai 50 persen,” ujar Dicky.
Dia mengungkapkan, Sierad Produce mendapatkan permintaan untuk ekspor ke negara Uni Emirat Arab. Negara itu percaya dengan kehalalan ayam potong di Indonesia. Sayangnya harga ayam otong Brazil jauh lebih kompetitif.
Di dalam negeri saja, Sierad Produce baru menjangkau Jabodetabek masih belum jenuh. Apalagi seluruh Indonesia, hingga sebetulnya peluang bagi pelaku usaha agribisnis ayam. Lanjut Dicky, perusahaannya juga mempunyai usaha DOC, peternakan ayam hingga ayam potong.
Hal senada juga diungkapkan pegiat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPi) Khudori seperti dikutip dari Investor,Kamis (20/2/20). Anggota Dewan Ketahanan Pangan Pusat ini mengatakan dalam industri perunggasan, pengeluaran terbesar ada pada komponen pakan.
Pakan mengambil porsi 70% dari seluruh ongkos produksi. Bila harga pakan terjangkau, terbuka peluang untuk membangun industri perunggasan yang kompetitif.
Dari seluruh komponen pakan, jagung merupakan unsur utama. Dari komposisi pakan unggas, 50-55% dari jagung.
“Tinggi-rendahnya
harga jagung amat menentukan harga akhir daging ayam dan telur ayam.
Ketersediaan jagung yang pasti dengan harga terjangkau merupakan pilar bagi
terciptanya industri perunggasan yang kompetitif,” ujar Khudori (van).
