octa vaganza
Tajuk  

Sri Lanka

MENJALAR dari ekonomi ke politik, Ceylon kini dilanda krisis terparah sejak merdeka pada 1948. Bencana kelaparan di depan mata. Warga berebut mendapatkan bahan bakar yang sudah habis. Pemerintah Sri Lanka tak punya uang untuk membayar gaji pegawai negeri. Tak mampu membayar cicilan utang US$7 miliar (sekitar Rp100 triliun) kepada kreditur luar negeri. Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang itu limbung dan nyaris KO.

Cadangan devisa anjlok hampir 70 persen dalam dua tahun. Stok cuma US$2,31 miliar, tapi harus bayar utang sekitar US$4 miliar pada 2022, termasuk obligasi negara internasional (ISB) senilai US$1 miliar yang jatuh tempo Juli. ISB merupakan porsi terbesar utang luar negeri Sri Lanka US$12,55 miliar kepada ADB, Jepang, dan Cina.

Per Maret 2022, cadangan itu tercatat hanya US$1,72 miliar, yang terus turun selama tiga bulan beruntun. Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan gagal bayar US$51 miliar utang luar negerinya. “Kami kehilangan kemampuan untuk membayar,” kata Kepala CBSL, Nandalal Weerasinghe.

“Kami harus fokus untuk mengimpor kebutuhan pokok. Bukan membayar utang luar negeri yang sudah tidak mungkin,” ujarnya. Utang luar negeri Sri Lanka per akhir 2021 adalah US$50,72 miliar. Jumlah ini 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Salah satu negara pemasok uang ke Sri Lanka adalah Cina—salah satu kreditur terbesar. Total utang Sri Lanka ke Cina US$8 miliar. Sekitar 1/6 dari total utang luar negerinya. Dana Beijing itu digunakan untuk sejumlah infrastruktur proyek mubazir sejak 2005, melalui skema Belt and Road (BRI). Salah satunya pembangunan Pelabuhan Hambantota.

Colombo coba melobi Beijing untuk restrukturisasi utang. Tapi Cina menolak. Selain ke Cina, Sri Lanka juga meminjam ke India dan Jepang. Ekonomi yang sangat bergantung dari pariwisata babak belur dihantam Covid-19 dua tahun terakhir.

Akar dari krisis, yang terburuk sepanjang sejarah, terletak pada salah urus ekonomi. Pemerintah berturut-turut menciptakan dan mempertahankan defisit kembar–kekurangan anggaran di samping defisit transaksi berjalan. “Sri Lanka mengalami ekonomi defisit kembar klasik. Defisit kembar menandakan bahwa pengeluaran nasional melebihi pendapatan nasionalnya; dan produksi barang/jasa yang dapat diperdagangkan tidak memadai.”

Pemadaman listrik dan warga mulai makan hanya sekali dalam sehari. Rakyat murka atas amburadulnya penanganan krisis ekonomi. Sejak Kamis malam (21/4), kemarahan itu meningkat jadi amuk. Mobil-mobil pejabat dibuang ke sungai. Rumah-rumah menteri dan anggota parlemen dibakar massa. Juga hotel mewah milik mantan PM Mahinda Rajapaksa. Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, sampai ngemis minta bantuan bahan bakar dari India dan Cina. Beban berat di pundak PM baru Ceylon, Ranil Wickremesinghe.

Moga amuk serupa tak menular ke negara-negara lain pemuja Xi Jinping.●

Salam,

Irsyad Muchtar

Exit mobile version