Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor pertambangan belum meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Di Papua, tingkat kemiskinan dan rendahnya IPM masih jadi masalah utama.
Nama Sorong berasal dari kata soren. Bermula dari pelaut suku Biak yang berlayar pada zaman dahulu. Mereka tiba dan menetap di Kepulauan Raja Ampat. Lalu menamai “Daratan Maladum” dengan sebutan “Soren”. Dalam bahasa Biak Numfor, Soren berarti “laut yang dalam dan bergelombang”. Oleh para pedagang Tionghoa, misionaris Eropa, Maluku, dan Sangir dilafalkan Sorong. Versi lain menyebut, Sorong itu singkatan dari salah satu anak usaha dari kartel dagang VOC: Seismic Ondersub Oil Nieuw Guinea (SOrONG).
Sebagaimana wilayah Indonesia Timur pada umumnya, Sorong juga kota dengan biaya hidup mahal. Ongkos distribusi untuk kebanyakan kebutuhan hidup masih harus didatangkan dari pulau-plau lain terdekat, termasuk dari Jawa. Inilah faktor utama penyebab tingginya biaya hidup. Hari iadi Kota Sorong ditetapkan tanggal 28 Februari 2000 dengan luas wilayah 1.105 km². Berstatus ibu kota Provinsi Papua Barat pada tahun 2022. Usia yang masih sangat muda.
Populasi pada tahun 2024 berjumlah 284.949 jiwa. Terdiri dari 70% warga pendatang, 30% penduduk asli. Penduduk asli Kota Sorong terdiri dari tiga kelompok, yaitu suku Moi yang memiliki 10 sub suku. Sub suku ini terbagi menjadi 100-an marga besar dan kecil disebut gelet. Kedua, suku Maybrat. Ketiga, suku Inawatan yang terdiri dari suku Inawatan, Mate Mani, dan Kokoda (Imeko). Komposisi agama: Kristen Protestan 47,15%, Kristen Katholik 7,55%, Muslim 45,01%, lain-lain 0,28%.
Kota Sorong merupakan kota transit ke Raja Ampat melalui bandara Domine Eduard Osok di Sorong, yang didarati oleh semua jenis pesawat. Meski sebagain besar wisatawan menggunakan jalur laut untuk menuju Raja Ampat dari Kota Sorong yang tersedia setiap hari. Selain lalu lintas wisatawan dari dan ke kawasan wisata Raja Ampat, pelabuhan Sorong merupakan home base bagi perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi di Kabupaten Sorong.
Setidaknya ada dua penanda penting di Sorong. Pertama, Tugu Trikora di Kampung Wersar, Distrik Teminabuan. Tugu ini didirikan untuk mengenang para penerjun AURI yang gugur. Trikora (Tri Komando Rakyat) adalah operasi militer Indonesia untuk merebut Irian Barat (sekarang Papua) dari Belanda. Operasi ini berlangsung dari 19 Desember 1961 hingga 15 Agustus 1962. Masalahnya, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949, status Irian Barat masih tidak jelas karena Belanda tidak mau melepasnya.
Kedua, Pagoda Sapta Ratna yang berada di tengah Kota Sorong. Bangunan bertingkat tujuh ini berdiri tahun 1992, bernama asli Qi Bao Ta. Fungsi awalnya sebagai rumah ibadah dan tempat penyimpanan abu jenazah bagi umat Buddha warga Sorong dan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, lokasi ini menjadi salah satu landmark yang banyak dikunjungi wisatawan.
Di masa lalu, Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) memulai aktivitas pengeboran minyak di Sorong sejak tahun 1935. Untuk itu, Kota Sorong berjuluk Kota Minyak. Julukan Kota Minyak berawal ketika pada tahun 1908, saat sebuah tim surveyor petroleum Belanda menemukan sumber minyak di perut bumi Sorong. Dari situlah kota ini ditetapkan sebagai base camp ekplorasi dan eksploitasi minyak bumi oleh Betaafe Petroleum Maatschapij (BPM), Holding Company NNGPM yang bermarkas di Nederland, Belanda.
Tak sedikit sisa-sisa peninggalan bekas perusahaan minyak milik Belanda. Yang masih ada dan tetap digunakan hingga kini adalah pelabuhan ekspor minyak bumi, yaitu Pelabuhan Sorong. Inilah salah satu pintu gerbang transportasi laut di Propinsi Papua Barat dan Papua yang melayani arus penumpang dan barang yang berasal dari Sorong ke Manokwari, Raja Ampat, Wondama, Serui, Nabire, Fak-Fak, Kaimana, Bintuni, Biak, Jayapura, Maluku, Sulawesi dan Jawa ataupun sebaliknya.
Peran sebagai kota minyak tak hilang begitu saja. Pengeboran sumur eksplorasi Buah Merah (BMR)-001 berlokasi di Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya, sekitar 42 km dari Aimas, dimulai minggu ke-4 bulan April 2024 demi mendukung pencapaian target produksi minyak 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.
Sorong juga potensial sebagai kota industri pengolahan, mulai hasil hutan, hasil perikanan, bahan tambang, perdagangan, jasa, serta sebagai penghubung utama untuk wilayah Papua dan Maluku. Sorong pun memiliki potensi wisata, seperti water front view atau kota dengan pemandangan laut serta perpaduan panorama alam. Bentang alam Pulau Waigeo, Batanta, dan Salawati merupakan satu gugusan Kepulauan Raja Ampat.
Papua dikenal dengan hutan lebat dan potensi tambang seperti tembaga, emas, dan gas alam, serta ekosistem pesisir yang subur dengan mangrove dan terumbu karang. Dalam sepuluh tahun terakhir, pembangunan di Papua dan Maluku difokuskan pada pengembangan ekonomi ekstraktif untuk ekspor. Pemerintah terbitkan regulasi proinvestasi, membangun infrastruktur, dan insentif untuk menarik investasi. Hasilnya, investasi di sektor pertambangan menggeliat naik, terutama hilirisasi nikel.
Hanya saja, data menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor pertambangan belum meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Di Papua, meskipun sektor tambang mendominasi ekonomi, tingkat kemiskinan dan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih jadi masalah utama.
Konflik kekerasan di Papua terus terjadi dan tidak bisa disederhanakan dengan perpanjangan otonomi khusus atau pemekaran provinsi. Pemerintah perlu pendekatan yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan pengawasan transparan terhadap dana otonomi khusus. Dengan sumber daya alam yang potensial, Kota Sorong jadi kota industri barang dan jasa yang penting di Papua.
Selain kaya akan minyak bumi, Sorong juga merupakan kota industri, perdagangan, dan jasa karena kota ini dikelilingi oleh kabupaten lain yang punya sumber daya alam yang potensial. Perekonomian Kota Sorong ditopang oleh sektor perdagangan, konstruksi, serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Sektor lain yang cukup besar kontribusinya terhadap perekonomiannya adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus KEK Sorong diharap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Lokasinya di Distrik Mayamuk, dibangun di atas lahan seluas 523,7 ha. Diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja 15.024 orang hingga tahun 2025. Dari potensi yang dimiliki, KEK Sorong dikembangkan dengan basis kegiatan industri galangan kapal, agroindustri, industri pertambangan dan logistik.●(Zian)