JAKARTA—–Suasana ruang pameran produk UKM dari 34 Provinsi di Gedung Smesco boleh dibilang sepi. Itu tampak dari pantauan Peluang pada Selasa (16/7). Hanya ada beberapa pengunjung hilir mudik melihat-lihat ruang pameran yang tertata apik dan efesien, yang secara keseluruhan menempati dua lantai itu.
April, salah seorang penjaga Paviliun Jawa Barat membenarkan bahwa pada hari biasa tidak ramai. Paviliun yang menawarkan dari 50 produk UKM ini ramai dikunjungi ketika ada event-event besar hingga acara perkawinan yang biasanya digelar di akhir pekan.
“Namun dari segi omzet sebetulnya tidak jelek. Paviliun Jabar mampu meraup antara Rp8 hingga Rp10 juta per bulan. Produk yang diminati kerajinan kulit seperti tas dan jaket,” ujar dia.
Sementara Sitki penjaga stand dari paviliun Papua Barat mengaku hanya menawarkan produk dari 5 UKM. Meskipun demikian setiap bulan masih bisa mendapatkan Rp3 hingga 4 juta dengan produk unggulan Sarang Semut.
Kami juga dapat info dari staf di Paviliun Sumatera Barat menawarkan 30 UKM dan mampu meraup Rp15 juta per bulan.
Sebagai catatan, Small and Medium Entrepresis and Cooperatives (SMESCO) merupakan Pusat Pelayanan Promosi, Inovasi dan Pemasaran KUKM berskala Internasional di bawah Kementerian Koperasi dan UKM. Berdiri pada 2007 sebagai lembaga profesional dengan sasaran mempromosikan sektor KUKM Indonesia secara internasional.
Kinerja Promosi dan Kurasi Harus Ditingkatkan
Kepala Bagian Layanan Bisnis e-Commerce Smesco Ida Bagus Putera mengakui dari segi penjualan masih jauh dari target yaitu Rp6 miliar per tahun. Meskipun demikian dia mengklaim ada peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada 2017 omzet mencapai Rp1,7 miliar dan 2018 mendapatkan sekitar Rp2,3 miliar. Pada tengah semester 2019 mendapatkan sekitar Rp2 miliar.
“Kami berharap validitas makin mengecil dari target di akhir 2019 nanti,” kata dia.
Putera mengungkapkan konstribusi setiap paviliun berbeda setiap bulan. Pada Januari 2019 Sumatera Selatan menyumbang Rp20 juta, Februari giliran Jawa Tengah antara Rp36 hingga 40 juta. Putera mengakui harus ada event untuk mendongkrak penjualan dan promosi yang lebih luas.
Untuk yang terakhir ini pihaknya sudah meningkatkan promosi lewat media sosial seperti instagram.
“Kami selalu meningkat kualitas foto-foto produk,” ungkap Putera.
Selain itu pihaknya menghadapi kendala pembangunan LRT di depan Gedung Smesco yang membuat pengunjung enggan datang karena macet.
Ke depannya, Smesco berniat memperluas kurasi produk UKM di sejumlah provinsi. Pihaknya berupaya menemukan produk potensial seperti di pedalaman Kalimantan Tengah dan beberapa provinsi lainnya.
“Kriterianya unik, orisinal, serta berpotensi ekspor dan jadi ikonik provinsi itu. Misalnya Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal karena batiknya, kita cari yang unik. Update produk harus tetap terus dilakukan,” jelas Putera.
Kurasi produk dan kemudian menyeleksinya merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Padahal banyak produk UKM yang punya potensi ekspor. Putera menyebutkan hingga saat ini sudah sekitar 1.700 UKM yang ditampilkan di Smesco. Tapi dari jumlah itu hanya 40 yang punya potensi ekspor. Sementara ketersediaan tempat terbatas.
“Kami juga harus mengajarkan pelaku UKM agar memperbaiki kemasan dan menjaga kesinambungan produk agar bisa punya syarat untuk ekspor. Jangan sampai pada suatu bulan produk ada, bulan lain nggak tersedia. Ini menyangkut nama bangsa bukan hanya pelaku UKM,” ungkap Putera (Irvan Sjafari).