
PeluangNews, Jakarta – Upaya penguatan sektor riil kembali menjadi sorotan, seiring peluncuran program Entrepreneur Hub Financial 2025 oleh Kementerian UMKM RI bekerja sama dengan SMBC Indonesia dan Universitas Agung Podomoro. Inisiatif ini dirancang untuk memperkuat ekosistem pembiayaan inklusif bagi UMKM, sebagai sektor yang menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja di Indonesia.
Program ini diarahkan untuk mengatasi hambatan struktural dalam pembiayaan UMKM, terutama pada aspek literasi keuangan, kelayakan dokumen, dan minimnya mitigasi risiko kredit oleh lembaga keuangan. SMBC Indonesia tidak hanya berperan sebagai penyedia kredit, melainkan juga sebagai ecosystem enabler, yang terlibat dalam penyusunan kurikulum pelatihan, asesmen kelayakan usaha, hingga mentoring bisnis.
“Kolaborasi ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk memperluas rasio kewirausahaan dan menciptakan basis pelaku usaha yang bankable,” ujar Purnomo B. Soetadi, Head of Retail Lending Business SMBC Indonesia, dalam peluncuran yang digelar Rabu, 28 Mei, di Universitas Agung Podomoro.
Solusi terhadap Rendahnya Rasio Kredit UMKM
Berdasarkan data OJK, per Maret 2024, porsi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan nasional masih berada di kisaran 20%, jauh dari target ideal 30% sebagaimana dicanangkan dalam roadmap inklusi keuangan nasional. Rendahnya akses UMKM terhadap pembiayaan formal disebabkan oleh faktor struktural dan non-struktural, termasuk belum siapnya pelaku usaha dalam memenuhi standar analisis kelayakan kredit (creditworthiness).
Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerin UMKM RI, Siti Azizah, menyatakan bahwa pendekatan ekosistem merupakan jawaban atas stagnasi tersebut. “Melalui program ini, pelaku UMKM tidak hanya diberi akses modal, tetapi juga peningkatan kapasitas yang terukur—mulai dari penyusunan rencana bisnis, literasi finansial, hingga penguatan struktur usaha,” ungkp Siti Azizah dalam pernyataanya, Minggu (31/5/2025)
Peran Lembaga Pendidikan sebagai Mitra Penguatan Kapasitas
Universitas Agung Podomoro sebagai mitra akademik menambahkan fungsi intermediasi pengetahuan dalam program ini. “Kami percaya bahwa peningkatan rasio wirausaha nasional harus didorong dengan pendekatan berbasis kapasitas, bukan semata insentif modal. Perlu intervensi dari sisi kualitas SDM pelaku usaha,” ujar Rektor Bacellius Ruru.
Sebanyak puluhan pelaku usaha terpilih dari wilayah Jabodetabek akan mengikuti fase pelatihan, asesmen, dan pendampingan intensif sebagai bagian dari pilot project program ini. Ke depan, pendekatan serupa dapat direplikasi di kota-kota pertumbuhan lainnya di Indonesia.
Dampak Ekonomi Makro: Inklusi Keuangan sebagai Katalis Pertumbuhan
Jika berjalan optimal, program ini dinilai mampu memberi dampak jangka menengah pada beberapa indikator ekonomi, seperti peningkatan penyerapan kredit sektor produktif, penciptaan lapangan kerja baru, serta perluasan basis pajak sektor informal yang bertransformasi menjadi formal.
“Perbankan tak lagi sekadar berperan sebagai financial intermediary, tapi juga development partner dalam agenda inklusi keuangan. Ini adalah bentuk konkret keberpihakan terhadap sektor yang paling tahan banting dalam menghadapi krisis, yakni UMKM,” tambah Purnomo.
Entrepreneur Hub Financial 2025 menjadi model intervensi kolaboratif antara regulator, sektor keuangan, dan institusi pendidikan tinggi dalam membentuk ekosistem wirausaha yang inklusif dan berdaya saing. Program ini juga mencerminkan arah baru pembangunan ekonomi: dari yang berpusat pada pertumbuhan ke sektor yang fokus pada pemerataan. (RO)