
PeluangNews, Jakarta-Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menegaskan komitmennya untuk terus menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tengah tekanan inflasi nasional. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis, dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar Kementerian Dalam Negeri, Senin (6/10/2025) di Jakarta.
“Fluktuasi ini menjadi perhatian utama kami. NFA berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara petani, pedagang, dan konsumen melalui intervensi yang tepat sasaran,” tegas Nita di hadapan peserta rapat dari berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Nita merinci kondisi terkini harga pangan per 5 Oktober 2025. Di tingkat produsen, beberapa harga komoditas strategis berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) seperti ayam ras (livebird) Rp22.836/kg, bawang merah Rp22.745/kg, dan kedelai lokal Rp9.588/kg. Sebaliknya, di tingkat konsumen, harga beras premium, beras medium, Minyakita, dan jagung pipil kering masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Salah satu langkah nyata yang dilakukan NFA adalah stabilisasi harga kedelai lokal di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan fasilitasi distribusi pangan, NFA telah mendistribusikan 57.000 kg kedelai ke wilayah defisit dengan bantuan transportasi ke berbagai koperasi dan pengrajin tahu-tempe.
“Kami pastikan harga di tingkat petani tidak anjlok. Distribusi ini kami kawal bersama dinas ketahanan pangan provinsi dan kabupaten,” ujar Nita.
Terkait isu penurunan mutu beras SPHP, NFA juga telah menggelar evaluasi pada 2 Oktober 2025. Diketahui, dari total stok 3,84 juta ton beras di gudang Bulog, sekitar 29.990 ton mengalami penurunan mutu, termasuk 26.890 ton beras impor. NFA memastikan beras yang sudah disimpan lebih dari enam bulan akan direproses sebelum disalurkan ke masyarakat.
Di sisi lain, NFA juga terus menyalurkan bantuan pangan beras 10 kg dan Minyakita 2 liter per bulan untuk 18,2 juta keluarga penerima manfaat (KPM) hingga November 2025, sebagai bagian dari penebalan bantuan sosial. Realisasi penyaluran beras alokasi Juni–Juli 2025 sudah mencapai 363.959 ton atau 99,57% per 3 Oktober 2025.
“Kami juga sudah lakukan 9.582 kali Gelar Pangan Murah (GPM) sejak Januari hingga Oktober. Ini semua bagian dari upaya menjaga daya beli masyarakat,” tambahnya.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, juga menyampaikan bahwa inflasi bulan September 2025 mulai mereda. Ia menyebut beras sebagai komoditas yang justru menyumbang deflasi. “Bulan lalu beras mengalami deflasi. Ini pencapaian baik karena sebelumnya selalu mengalami inflasi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengapresiasi kolaborasi lintas sektor dalam menjaga stabilitas harga. “Bantuan pangan menjadi salah satu strategi pemerintah untuk pengendalian inflasi dan menjaga daya beli masyarakat,” kata Arief (7/10/2025).
Senada dengan itu, Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir menyatakan bahwa operasi pasar beberapa pekan terakhir efektif menekan harga. “Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman daerah yang terus turun ke lapangan. Harga beras dan minyak goreng mulai terkendali,” katanya.
NFA juga melaporkan peluncuran program SPHP jagung pada 23 September 2025 dengan target 52.400 ton untuk 2.109 peternak ayam ras skala kecil hingga akhir Oktober. Jagung dijual ke peternak Rp5.500/kg dengan subsidi Rp1.500/kg. Untuk cabai, NFA menyikapi lonjakan harga cabai merah keriting yang tembus Rp52.765/kg di produsen melalui rapat koordinasi dengan pemda dan pelaku usaha.
“Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, akademisi, dan media akan memperkuat pengendalian inflasi dan ketahanan pangan berkelanjutan. Petani sejahtera, pedagang untung, masyarakat tersenyum, pangan kuat, Indonesia berdaulat,” pungkas Nita dengan optimisme.