BANDUNG—-Inspirasi bisa datang dari permintaan orang lain yang butuh solusi untuk memecahkan kesulitannya. Suatu hari dalam 2013, Tini Gustini diminta para tetangganya untuk dibuatkan bekal makanan pendamping nasi.
Tini kemudian membuatkan, serundeng kelapa yang ternyata memberikannya gagasan untuk berbisnis.dengan brand Kalapa Indung. Dengan modal Rp750.000, Tini awalnya berproduksi berdasarkan pesanan.
Melihat potensi bisnis ini, seorang rekannya menyarankan untuk bergabung dengan komunitas UKM dari Bandung, Benua Belantik dari Universitas Padjadjaran. Produknya pun dipajang di berbagai display. Dia pun melakukan deversifikasi produk dengan membuat Aneka Bawang goreng.
Dari yang awalnya bekerja sendiri, dia mampu mempekerjakan lima karyawan.
Pada 2019 ini, Kalapa Indung mampu memproduksi untuk serundeng kelapa: 600-700 pak per bulan dan Aneka Bawang Goreng sekira 1.200 pak per bulan. Satu pak serundeng kelapa dibandroll Rp20-Rp25 ribu dan bawang goreng Rp25 hingga Rp35 ribu.
Pemasarannya tidak saja Bandung raya, tetapi juga Yogyakarta, Surabaya , Boyolali, Semarang, Purwokerto, Bogor, Jakarta, Bekasi, Medan hingga Kalimantan dan Sulawesi. UKM ini mendapatkan pembeli dari Malaysia, Brunei, Singapura , Korea dan Jepang.
“Namun yang rutin repeat order dari Malaysia dan Singapura. Mereka datang ke workshop kami di Bandung,” ungkap Tini ketika dihubungi Peluang, Selasa (3/12/19).
Lanut dia, Kalapa Indung didukung enam reseller dan sejumlah mitra. Di antara mitra yang membantu pemasaran ialah Little Bandung di Makassar, Smesco, Toko oleh-oleh di Kalimantan Selatan, serta beberapa distributor di Jakarta. Selain itu produknya juga dibantu pemasarannya oleh Dekranasda Jawa Barat dan Angkapura Husein Sastranegara, Bandung.
“Ke depan, saya berencana mengembangkan usaha dengan franchise dan pengembangan bisnis melalui rantai kemitraan,” kata Tini.
Dia mengakui, kunci sukses bisnisnya adalah bergabung dengan komunitas dan ikut berbagai seminar dan juga pelatihan-pelatihan yang diinisiasi oleh Dinas Perindustrian dan juga Dinas UMKM Provinsi Jawa Barat (Irvan Sjafari).