
PeluangNews, Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menjadi perhatian khalayak lantaran banyak siswa penerima MBG yang kembali mengalami keracunan setelah mengonsumsinya.
Kasus pertama keracunan ini dilaporkan pada Rabu (17/9), dan hingga Sabtu (20/9), tercatat sebanyak 335 pasien telah dirawat akibat gejala yang muncul.
Tim Badan Gizi Nasional (BGN), misalnya, telah melakukan peninjauan intensif terhadap penanganan pasien siswa yang diduga mengalami keracunan makanan di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Peninjauan ini dilakukan di RSUD Trikora Salakan, di mana tim BGN didampingi oleh pihak rumah sakit dan pemerintah daerah setempat untuk mengevaluasi kondisi dan penanganan yang telah diberikan.
Pihak rumah sakit telah memberikan penanganan maksimal, termasuk pemberian obat dan tindakan medis lainnya sesuai dengan gejala yang dialami setiap korban. Untuk memperkuat layanan, RSUD Trikora juga mendapatkan bantuan tenaga medis spesialis dari RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang langsung diterjunkan ke lokasi kejadian.
Dukungan dari berbagai pihak ini sangat penting dalam menangani insiden keracunan MBG yang melibatkan banyak siswa. Selain penanganan medis, BGN juga sedang berkolaborasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan investigasi menyeluruh.
Fokus investigasi adalah operasionalisasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) guna memastikan keamanan pangan dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
RSUD Trikora Salakan telah merespons cepat insiden keracunan MBG dengan mengerahkan seluruh sumber daya yang ada.
Direktur RSUD Trikora, Feldy Deki, mengungkapkan penanganan medis telah diberikan secara maksimal, meliputi pemberian obat dan tindakan sesuai gejala.
“Mengenai kondisi tersebut, pihak rumah sakit telah memberikan penanganan maksimal dengan memberikan obat serta penanganan medis lainnya sesuai dengan gejala yang dialami masing-masing korban,” kata Feldy Deki dalam keterangannya di Palu, Minggu (21/9/2015).
Hingga Sabtu (20/9), data menunjukkan bahwa dari 335 pasien yang dirawat, mayoritas telah pulih. Sebanyak 301 pasien telah diizinkan pulang setelah kondisi mereka membaik. Namun, 34 pasien masih menjalani perawatan intensif karena mengalami gejala seperti sesak napas dan kram pada otot dada serta tangan, yang memerlukan pemantauan lebih lanjut oleh tim medis.
Atas insiden tersebut, BGN tidak hanya fokus pada penanganan medis, tetapi juga meluncurkan investigasi mendalam terkait insiden keracunan MBG ini.
BGN bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk meninjau operasionalisasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Banggai Kepulauan.
Investigasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab pasti keracunan dan memastikan standar keamanan pangan terpenuhi dalam program tersebut.
Terkait kasus keracunan MBG, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemerintah mengevaluasi menyeluruh Program MBG.
Sebab, kasus keracunan makanan yang dialami anak-anak di berbagai daerah akibat program ini dinilai sudah tidak dapat ditolerir.
Kasus keracunan terbaru menimpa siswa di kelompok Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Wakil Ketua KPAI Jasra Putra dalam keterangan resminya, Sabtu (20/9/2025), mengatakan, “Saya kira pertahanan anak sekecil itu, sangat berbeda dengan orang dewasa. Apalagi kita tahu, kebijakan negara yang mengetahui kondisi dari dalam keluarga (masih sulit di tembus).”
KPAI menyoroti berbagai peristiwa keracunan makanan yang terus meningkat. Hal ini, lanjut Jasra, perlu evaluasi secara menyeluruh dari pemerintah, termasuk oleh BGN selaku penyelenggaranya.
“KPAI usul hentikan sementara, sampai benar benar instrumen panduan dan pengawasan yang sudah di buat BGN benar-benar dilaksanakan dengan baik,” ujarnya.
Jasra mengingatkan pemerintah agar menyadari dan peka dengan masalah dan kondisi kesehatan anak-anak yang menjadi penerima manfaatnya.
Pemerintah juga tidak boleh tutup mata jika ada kejadian darurat akibat pelaksanaan program tersebut.
Hal senada juga dikemukakan Kepala Pusat Ekonomi Digital dan UMKM Indef, Izzudin Al Farras dalam Diskusi Publik Indef: Menakar RAPBN 2026, Kamis (4/9/2025).
Menurutnya, selama delapan bulan pelaksanaan program MBG telah menyebabkan lebih dari 4.000 kasus keracunan.
“Dari total delapan bulan pelaksanaan program MBG, Pak Presiden menyampaikan bahwa MBG telah diterima oleh 23 juta penerima manfaat. Namun, dalam delapan bulan pelaksanaannya, MBG telah memakan lebih dari 4.000 korban keracunan dan berbagai permasalahan tata kelola yang buruk,” kata Izzudin.
Karena itu, Institut untuk Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Indef) merekomendasikan pemerintah untuk menghentikan sementara program MBG.
Selama delapan bulan pelaksanaan, lanjut Izzuddin, program ini justru menimbulkan berbagai masalah serius. Jumlah korban tidak bisa dianggap sebagai sekadar angka.
Dia menambahkan, masalah tersebut menunjukkan lemahnya perencanaan dan pengawasan pemerintah dalam melaksanakan program besar yang melibatkan dana triliunan rupiah. []








