MATARAM—-Saya bangga menjadi ibu yang bekerja, penggila perjalanan, tetapi hidup dalam jiwa entepreneur. Demikian seorang perempuan warga Lombok, bernama Septia Erianty melukiskan siapa dirinya.
Publik mengenal Septia sebagai Host dari acara “Jejak Petualang” Trans 7 sejak 2005 hingga 2011 dan Host “Gowes” Antv 2011-2012. Sejak 2012, Septia menekuni dunia wirausaha. Jiwa entepreeur ini menurutn dari kedua orangtuanya, yang sama-sama pengusaha.
Di antaranya bisnis yang pernah digelutinya perhiasan mutiara dengan brand Alkhair, aksesoris dengan brand Miss Parla, Tropica Lombok untuk busana.
Seperti banyak pengusaha lain perempuan yang pernah mengenyam pendidikan di London School of Public Relations (LSPR) pernah jatuh bangun, bahkan terdepak dari perusahaan yang dirintisnya sendiri.
Kini dia menekuni produk organik yang didirikan pada 2018. Berawal dari keinginannya untuk berhijrah dalam bisnis, yaitu tanpa utang bank, tanpa riba.
“Saya mencoba mencari peluang bisnis apa yang bisa saya Jalankan tanpa modal besar di awal. Dan Diarahkan sama Allah SWT ke produk skincare (perawatan kulit) berbahan dasar Spirulina (ganggang laut),” ungkap Septia kepada Peluang melalui WA.
Selain menawarkan produk baru perawatan wajah dengan bahan alami, dia ingin membuka lapangan kerja bagi ibu-ibu muda dan mahasiswa yang mencari sampingan untuk tabungan kuliahnya. Modal untuk mendirikan produk organik ini hanya kemauan dan kuota pulsa ponsel.
Mulanya Septia hanya menjual kapsul spirulina yang sangat bagus khasiatnya untuk kesehatan baik untuk tubuh maupun kulit.
Organic Lombok adalah brand imagenya. Organic Lombok sendiri memiliki brand dalam brand, seperti Spirubita kapsul minum, Spirusea perawatan kulit / kecantikan ada lebih dari 13 produk dan Alami Aromatherapy yang terdiri dari tiga produk.
“Saya membuat Brand Spirusea karena ingin memiliki produk kecantikan alami yang kami produksi sendiri dan dari pabrik kami sendiri dan juga menggunakan bahan baku alami lokal dari Lombok, NTB dan sekitarnya, seperti kopi, coklat, rumput laut, beras, kunyit, kelor dan juga dari bahan baku lokal lainnya yang ada di seluruh Indonesia,” ujar dia.
Produknya dijual dengan mulai dari Rp25.000 hingga Rp400.000. Sementara produk terjual antara lima hingga sepuluh ribu item per bulan. Jangkauan pasarnya ke seluruh Indonesia dengan karyawan delapan orang. Pemasarannya kebanyakan dilakukan secara daring (online).
Bisnis di Pandemi Covid-19
Menurut Septia hingga saat ini pandemi Covid-19 belum berdampak pada omzet. Justru ada peningkatan yang cukup signifikan. Hanya terdampak pada bahan kemas yang susah karena semua masih Import.
Septia malah belajar melihat Peluang dari situasi dan kondisi yang terjadi, seperti semua harus work from home.
“Saya buat kampanye mumpung santai di rumah yuk perawatan dari wajah sampai badan. Karena tidak bisa keklinik kecantikan kalian cukup menggunakan produk dari Spirusea, maka kalian sudah bisa merawat diri from head to toe di rumah,” jelas Septia.
Ketika Hand Santizier langka, Septia mengeluarkan produk hand moist, sejenis hand sanitizers tapi fungsinya lebih baik lagi karena untuk merawat kelembaban kulit agar tidak kering karena alkohol yang digunakan terus menerus, sabun batang, sabun cair dan sebagainya.
Produk sabun batangannya terbuat dari ekstrak sirih dan anti bakteri. Produksinya mencapai 80 ribu batang. Produk ini pun best seller seperti halnya produk lain.
“Begitu juga ketika masker langka, saya buat program beli produk kami maka gratis masker kain dan turut bersedekah. Ini sangat membantu meningkatkan penjualan,” imbuhnya.
Mengenai rencana ke depan, Septia mengatakan saat ini smasih fokus di cash flow, bertahan dan kencangkan ikat pinggang hingga menabung. Namun itu tidak menutup kemungkinan setelah pandemi selesai akan membesarkan pabrik.
Dia juga akan menciptakan lagi produk-produk daily needs para wanita maupun pria untuk kesehatan kulit maupun tubuhnya, tentunya membuka lapangan pekerjaan lebih banyak.
“Rencana ini sesuai filosofi saya Berkah Halal Bermanfaat Buat Banyak Orang,” pungkas dia (Irvan Sjafari).