hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Sepanjang 2022, Kemenkeu Catat APBN Defisit Rp 464 Triliun

Jakarta (Peluang) : Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sepanjang 2022 mengalami defisit Rp 464,3 triliun atau 2,38 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, awalnya defisit APBN didesain 4,85 persen kemudian direvisi dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 tahun 2022 sebesar 4,5 persen terhadap PDB. 

“Awalnya defisit APBN didesain 4, 5 persen. Tapi kita berakhir dengan defisit yang sangat jauh lebih kecil yakni hanya 2,38 persen. Angka ini sudah di bawah 3 persen,” ucap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, di Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Meskipun mengalami defisit, namun menurutnya, defisit tersebut menurun tajam dibandingkan tahun 2021 lalu yang mencapai Rp 775,1 triliun dan atau 4,57 persen terhadap PDB.

“Ini penurunan defisit sangat tajam hingga 40,1 persen dibandingkan tahun lalu. Menunjukkan konsolidasi fiskal yang terjaga,” ujar Sri Mulyani.

Menkeu merincikan, pendapatan negara pada Desember 2022 tercatat Rp 2.626 triliun atau tumbuh 30,6 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Penerimaan negara tersebut, terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.034 triliun, PNBP Rp 558 triliun, dan hibah Rp 3,5 triliun.

Di sisi lain, terjadi kenaikan belanja khususnya untuk perlindungan sosial. Belanja negara di Desember 2022 tercatat Rp 3.090,8 triliun terdiri dari belanja kementerian atau lembaga (K/L) sebesar Rp 1.079 triliun, belanja non K/L Rp 1.195 triliun, dan transfer ke daerah sebesar Rp 816 triliun.

“Tingginya pendapatan negara membuat defisit APBN dapat terealisasi di bawah perkiraan awal dalam Peraturan Presiden Nomor 98/2022, yakni 4,5 persen,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan keseimbangan primer pada Desember 2022 tercatat defisit Rp 78 triliun. Angka ini turun dari posisi November 2022 yang masih surplus Rp 126 triliun.

“Ini turun sangat tajam 81,9 persen dari posisi keseimbangan primer tahun lalu yang mencapai Rp 431,6 triliun. Kondisi ini jauh lebih baik di saat kondisi awal pandemi Covid-19 yang memukul dratis ekonomi dengan defisit APBN yang melebar sampai di atas 6 persen,” tutupnya.

pasang iklan di sini