
PeluangNews, Jakarta – Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk mengembangkan ekosistem biomassa berbasis masyarakat melalui koperasi.
Penandatanganan yang berlangsung di Kantor Kemenkop pada Jumat (21/11) ini menjadi langkah konkret kedua pihak dalam mendukung transisi energi bersih dan target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Deputi Bidang Pengawasan Koperasi Kemenkop, Herbert H.O. Siagian, menegaskan kerja sama ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran koperasi dalam rantai pasok energi terbarukan. Ia menyebut koperasi memiliki potensi besar sebagai agregator bahan baku biomassa dari desa dan kelurahan di seluruh Indonesia.
“Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat ekosistem energi terbarukan di Indonesia sebagai bagian transisi energi bersih, sebagaimana tertuang dalam target pemerintah jangka menengah-panjang,” ujar Herbert.
Herbert menjelaskan bahwa pasokan biomassa yang dibutuhkan PLN EPI selama ini dapat dijaga kestabilannya melalui koperasi. Dengan jaringan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih yang tersebar hingga pelosok, pasokan biomassa dapat diperkuat secara berkelanjutan.
“Apabila kerja sama ini terwujud, bisa menjadi upaya awal atau garansi awal kestabilan pasokan untuk energi biomassa,” jelasnya.
Ia menambahkan, biomassa bukan hanya tentang energi, tetapi juga peluang ekonomi. Banyak komoditas yang sebenarnya bisa menjadi bahan baku biomassa justru terbuang karena tidak dimanfaatkan. Dengan sinergi bersama PLN EPI, nilai ekonomis bahan-bahan tersebut dapat meningkat dan membuka lapangan kerja baru.
“Dengan begitu, masyarakat tidak hanya berkontribusi pada energi bersih, tetapi juga memperoleh pendapatan tambahan,” ujarnya.
Herbert juga menyoroti bahwa masih ada sekitar 5.000–6.000 desa yang belum teraliri listrik. Menurutnya, pengembangan biomassa melalui koperasi dapat menjadi solusi untuk memperluas akses listrik berbasis energi terbarukan.
“Ini menjadi kesempatan bagaimana desa bisa diatasi dengan sumber energi terbarukan, bukan sekadar listrik konvensional. Mudah-mudahan Kemenkop bersama PLN EPI bisa segera menindaklanjuti melalui piloting bersama koperasi yang sudah berjalan dan potensial,” katanya.
Ia berharap sebelum pergantian tahun, kerja sama percontohan antara PLN EPI dan koperasi daerah yang menjadi pemasok biomassa dapat segera dimulai. Skema bisnis ke bisnis (B2B) ini diharapkan menjadi terobosan baru agar koperasi dapat masuk ke bisnis berkelanjutan yang mendukung ketahanan energi nasional.
“Kerja sama ini dapat menjadi momentum berbagi pengalaman dan ide inovatif tentang pengembangan biomassa di desa, sekaligus meningkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan,” kata Herbert.
Sementara itu, Direktur Biomassa PLN EPI, Hokkop Situngkir, menegaskan kesiapan PLN dalam memperkuat rantai pasok biomassa. Ia menyebut biomassa sangat dekat dengan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga kerja sama dengan Kemenkop menjadi langkah konkret untuk memastikan keberlanjutan pasokan.
“Komitmen ini akan memberikan dasar yang kuat bagi terbentuknya suplai biomassa yang terstruktur, berkelanjutan, dan memiliki nilai tambah yang nyata bagi masyarakat,” ujar Hokkop.
Ia mengatakan PLN EPI terus meningkatkan skema kerja sama pasokan biomassa agar ketergantungan terhadap energi fosil dapat ditekan. Menurutnya, koperasi berpotensi besar menjadi mitra strategis dalam menjaga kestabilan pasokan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
“Ke depan harapannya masing-masing koperasi bisa register, menjadi pengepul, suplai, atau hub investasi biomassa karena PLTU butuh kestabilan pasokan. Kalau kita mampu mengoptimalkan koperasi maka akan tercapai kestabilan,” pungkasnya.







