hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Senjakala Jaringan Bioskop WeWork Jelang Pandemi

DENGAN meningkatnya karyawan yang bekerja dari rumah, pendapatan startup penyedia kantor WeWork terus menurun. Meski telah merumahkan sejumlah karyawan dan menjual sejumlah asetnya tahun 2020 lalu, perusahaan yang didirikan tahun 2010 tersebut masih saja merugi hingga US$1,7 miliar/Rp23,98 triliun. Keberadaan WeWork di tahun-tahun mendatang sangat ditentukan performanya pada tahun 2021 ini.

Banyak pihak yang khawatir WeWork akan tutup selamanya usai sistem Work From Home merebak dan diberlakukannya social distancing untuk menekan angka penyebaran virus corona. Nasib WeWork yang disebut-sebut akan ‘mati’ sebagai salah satu operator terbesar. Co-working space ini tersebar di 739 lokasi dan 662.000 anggota di seluruh dunia. Sejatinya, kabar tersebut telah muncul menjelang pandemi Covid-19, lantaran disfungsi perusahaan, keserakahan, dan keangkuhan.

Pelindung WeWork, SoftBank, juga telah mundur dari kesepakatan US$3 miliar untuk membeli pemegang saham, statrup ruang kerja ini semakin terlihat layaknya kematian akibat virus korona. Padahal tak sepenuhnya benar demikian. Di sisi lain, menurut juru bicara WeWork, kantor mereka kini disterilkan lebih sering. Meski begitu, mereka memperbolehkan karyawannya di seluruh dunia bekerja dari rumah. Hampir semua penyewa di New York, London, Washington, DC, Santa Monica dan Phoenix, melaporkan bahwa pekerja menghindari WeWork karena takut tertular wabah corona. “Saya pikir WeWork berpotensi menjadi tempat terburuk yang anda dapat selama pandemi ini,” kata Chase Feiger, seorang pengusaha serial RxDefine yang sebelumnya menyewa ruang di Dallas, Santa Monica dan San Francisco dari WeWork.

pasang iklan di sini