hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Semester Pertama 2020, Ekspor Kayu ke Tiongkok Capai 1, 143 Miliar Dolar AS

JAKARTA—Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Indroyono Soesilo menyampaikan sekalipun masa pandemi Covid-19, ekspor kayu ke Tiongkok selama periode Januari-Mei 2020 menunjukan hasil memuaskan.

Nilai ekspor produk tersebut mencapai 1,143 miliar dolar AS, meningkat dibanding periode sama tahun lalu sebesar 1,129 miliar dolar AS.

“Peningkatan terjadi khususnya pada produk-produk tertentu seperti kayu lapis dengan kualitas tinggi naik 26 persen, produk kertas dari hutan tanaman industri naik 50 persen, produk kerajinan naik 12 persen, chipwood naik 34 persen dan woodworking naik 1 persen,” ujar Indroyono dalam keterangan persnya, Jumat (19/6/20).

Di sisi lain, Indroyono mengakui terdapat beberapa produk yang mengalami penurunan pada periode tersebut. Seperti misalnya pulp turun 5 persen, veneer turun 40  persen, furnitur kayu turun 42 persen dan bangunan prefabrikasi juga mengalami penurunan 100 persen karena tidak ada realisasi.

Tiongkok  menjadi negara tujuan ekspor terbesar produk hasil hutan Indonesia, disusul Jepang, AS, Uni Eropa dan Korea Selatan. Sepanjang 2019, ekspor hasil hutan Indonesia ke Tiongkok telah mencapai devisa sekira 2,8 milliar dolar AS.

APHI mengapresiasi langkah-langkah pemerintah dalam menerbitkan serangkaian relaksasi kebijakan untuk meringankan beban dunia usaha dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Kebijakan relaksasi itu menjadi dasar untuk memulihkan kondisi perekonomian pasca Covid-19 di sektor usaha kehutanan. Termasuk, menjaga serapan tenaga kerja dari hulu ke hilir yang saat ini sudah mencapai sekitar 625.000 orang dan tidak terjadi PHK.

“Pihaknya akan terus melakukan upaya dialog secara intens terkait strategi peningkatan ekspor bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta KBRI di negara-negara tujuan utama ekspor kayu olahan Indonesia. 

Hanya saja nilai ekspor hasil hutan keseluruhan periode Januari-Mei 2020 turun 8,3 persen. Penurunan itu diikuti dengan penurunan kinerja produksi kayu bulat sebagai pemasok bahan baku industri sebesar 21 persen.

APHI mengusulkan beberapa langkah untuk penanganan dampak pasca Covid-19. Di antaranya yakni kebijakan perluasan penampang ekspor produk kayu olahan untuk wood working, penerapan kebijakan Multi Usaha Kehutanan, penguatan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) ditingkat global.

“Selain itu diperlukan penguatan market intelligence produk kayu olahan unggulan Indonesia, pertemuan bisnis kayu olahan unggulan melalui virtual meeting, serta diikuti kunjungan misi dagang ke sentra industri pengolahan kayu serta pemanfaatan Indonesia Timber Exchange (ITX),” pungkasnya.

pasang iklan di sini