JAKARTA — Penampilan laki-laki berusia 66 tahun itu begitu bersahaja. Ruang kerjanya ditata dengan minimalis, namun bersih dan apik. Demikian kesan saya ketika menemui Manajer Koperasi Kredit Asisi, Suprapto yang berkantor di kawasan Menteng Dalam Jakarta, beberapa waktu lalu.
Manajer Koperasi Kredit Asisi Suprapto-Foto: Irvan Sjafari.Kopdit Asisi yang tadinya hanya sebuah koperasi di lingkungan sekolah yang bernaung di bawah Yayasan St Fransiscus kini menjadi koperasi simpan pinjam skala nasional dengan aset Rp25 miliar. Keanggotaannya bukan lagi hanya karyawan dan guru sekolah, tetapi juga warga sekitarnya. Jumlah anggotanya sudah menjadi 2802 orang,
Pengabdiannya kepada koperasi dimulai sejak dia menjadi guru mata pelajaran PMP. Rupanya bakat berorganisasi dari alumni Filsafat Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ini sudah tercium oleh kawan-kawannya hingga dia diajak menjadi pengurus.
“Baru enam bulan saya diminta membantu pembukuan. Jam 6 pagi saya sudah datang mengerjakan jurnal kas sebelum mulai mengajar. Waktu saya masuk simpanan wajib anggota hanya Rp2500 dan simpanan pokok Rp10.000. Dulu ketika pembagian SHU untuk 394 anggota. Ada yang mendapat Rp10.000 hingga Rp200.000, tapi anggota senang, ” kenang Suprapto.
Sekitar 2007 Kopdit Asisi memutuskan keluar dari kelompok Asisi agar bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat. Untuk itu pengurus mengundang penggiat koperasi dari Pancur Kasih Kalimantan untuk memberikan penyuluhan. Setahun kemudian Suprapto pensiun sebagai guru dan diminta mengelola koperasi.
“Karena keluar dari lingkungan Asisi, kami harus mencari kantor sendiri. Akhirnya dapat rumah seorang dokter yang anaknya menjadi murid di SMA Asisi. Rumah itu ditawar seorang pegawai Bank dengan harga Rp1 miliar, tetapi karena Pak Prapto yang minat untuk koperasi, saya kasih harga Rp900 juta,” tutur Suprapto menirukan ucapan pemilik rumah itu.
Pada waktu itu aset sudah mencapai Rp15 miliar. Yang bisa dikeluarkan dari koperasi sepuluh persen dari aset. Bagaimana cara mengatasinya? Akhirnya pengurus menawarkan produk simpanan kepemilikan gedung dengan bunga 12% kepada anggota.
Animo anggota begitu tinggi, ada menyimpan Rp50 juta. Hasilnya terkumpul Rp900 juta dari 96 orang anggota. Kopdit Asisi akhirnya memiliki gedung yang ditempati hingga sekarang. Simpanan seluruh anggota bahkan bisa dikembalikan dalam dua tahun.
“Modalnya hanya kejujuran dan menjaga kepercayaan,” ucap pria yang pernah menjadi Kepala SMA Asisi 1997-2000.
Sebagai seorang manajer, Suprapto kerap turun sendiri menagih kredit macet anggota. Bertambah kesibukan Mantan Wakil Kepala SMK Asisi ini. Waktu dia di kantor antara jam 07.00 hingga 15.00 dan setalah itu dia datang berkeliling dari rumah ke rumah.
Umumnya kredit macet terjadi, karena orang yang meminjam tidak mengukur kemampuannya untuk membayar. Untungnya semua pinjaman bisa dibayarkan anggota. Walau yang seharusnya lunas dalam 30 bulan menjadi 50 bulan.
Suprapto disegani mantan muridnya. Hal ini juga modal baginya memimpin koperasi. Salah seorang alumni SMA Asisi yang menjadi pemilik lima perusahaan bahkan mengarahkan ratusan karyawannya untuk menjadi anggota koperasi di Kopdit Asisi.
“Namun modal utamanya ialah kejujuran,kepercayaan dan bekerja dengan wajar,” tutup ayah dari dua anak ini dengan penuh semangat(Van).