octa vaganza

Sektor Perhiasan Akan Kembali Dipacu untuk Ekspor

JAKARTA—Pandemi Covid-19 juga berimbas terhadap bisnis industri perhiasan, khususnya di daerah-daerah yang menjadi sentra emas dan perhiasan seperti di Jawa Timur, Jawa Barat dan beberapa daerah lainnya.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengungkapkan, industri perhiasan emas merupakan salah satu sektor yang cukup terdampak secara signifikan oleh efek domino pandemi ini.

“Produk perhiasan bukan merupakan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, selain itu banyak toko emas fisik yang dilarang beroperasi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),” papar Gati dalam keterangan persnya di  Jakarta, Jumat (5/6/20).

Kemenperin terus mendorong para pelaku industri kecil menengah (IKM) agar tetap bergairah menjalankan usahanya di tengah tekanan berat dari dampak pandemi Covid-19 dan salah satu sektor yang dipacu adalah IKM perhiasan.

Sektor ini telah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional melalui capaian nilai ekspornya.  Selama lima tahun terakhir (2015-2019), neraca perdagangan perhiasan terjadi surplus setiap tahunnya.

“Total perdagangan perhiasan pada tahun 2019 sebesar 2,073 miliar dolar, terdiri dari ekspor yang menembus hingga 1,957 miliar dolar. Tahun lalu, terjadi surplus 1,842 miliar dolar,” ungkap Gita.

Sementara  Ketua Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APPI) Eddy Susanto Yahya mengemukakan, penjualan perhiasan emas di pasar domestik turun drastis hingga 90% pada April 2020.

Ini merupakan penjualan bulanan terendah sejak krisis moneter tahun 1998. Memasuki Mei 2020 atau bertepatan dengan bulan Ramadan, penjualan sedikit meningkat dibandingkan April dengan rata-rata kenaikan 50%.

Menurut Eddy, meski tidak boleh mudik untuk saling bersilaturahmi secara tatap muka, suasana Lebaran yang biasanya diwarnai dengan memakai perhiasan baru.

“Masih terasa kental. Konsumen masih dapat membeli lewat toko emas yang menyediakan layanan online atau yang tetap masih buka secara fisik namun menerapkan protokol Covid-19 yang sangat ketat,” tuturnya.

Eddy menambahkan, kondisi pasar ekspor produk perhiasan emas tidak jauh berbeda dengan pasar domestik. Pada April, kemerosotan penjualan paling dirasakan signifikan.

Hampir semua negara sedang mengalami puncak persebaran Covid-19, sehingga banyak negara

tujuan ekspor emas dan perhiasan yang menerapkan lockdown dan menolak pengiriman.

Namun, memasuki Mei, ada beberapa negara yang telah mulai membuka pasar, seperti Hong Kong, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat.

“Beberapa produsen perhiasan anggota APPI mulai dapat mengirim pesanan, tetapi masih belum sebesar waktu-waktu normal. Namun demikian, penjualan di bulan Mei naik sebesar 50% dibandingkan  April,” pungkasnya.

Exit mobile version