Sebanyak 400 ribu buruh terancam diusir dari kontrakan yang sewanya rata-rata RM1.200 sebulan. Bersama dengan 20 NGO, NU Malaysia telah memberikan bantuan makanan. Tapi mereka tetap kewalahan dan kurang.
SETIDAKNYA sejutaan TKI yang mengadu nasib di Malaysia kekurangan makanan selama lockdown akibat pandemi corona berlangsung di Malaysia. Salah satunya terjadi pada Agung. Pekerja asal Indonesia berusia 30 tahun yang bertahan hidup selama ini dengan hanya makan telur dan mi instan di tempat penampungan buruh konstruksi. Biasanya Agung menghasilkan RM2.000 sebulan atau sekitar Rp7 juta dari hasil kerja kasar sebagai buruh bangunan. Namun, sejak Malaysia lockdown, penghasilannya jadi nol.
Sehari-hari, Agung praktis mengandalkan droping makanan dari bantuan NGO, yang diperkirakan hanya akan bertahan 4 sampai 5 hari ke depan—jika tak terjadi keajaiban. “Saya tidak tahu bagaimana habis itu,” ujarnya. Sebagai tulang punggung keluarga, pikirannya buntu mengingat nasib istrinya, anaknya yang berumur satu tahun, dan orang tuanya yang berusia lanjut di desa di Medan.
Agung merupakan satu dari 2,5 juta pekerja migran di Malaysia. Tekanan hidup mereka kini sangat berat dan berlipat ganda seiring datangnya bulan suci Ramadan. Sudahlah terkena masalah keuangan, mereka pun tak bisa ke mana-mana dan pulang kampung sampai hari Raya tiba. Larangan mudik ini diumumkan oleh Presiden Joko Widodo, yang berlaku juga terhadap buruh migran yang berada di luar negeri.
Ketua NU Cabang Malaysia, Mahfud Budiono, yang juga TKI, menyebut saat ini terdapat 700 ribu buruh yang terdata di industri konstruksi. Namun, masih terdapat 1,5 juta buruh lainnya yang tak memiliki dokumen resmi dan bekerja di Malaysia. Mereka bekerja di sektor industri, restoran, jasa bersih-bersih, dan lainnya. Semuanya sudah dirumahkan sejak lockdown berlangsung, yang diperpanjang hingga 12 Mei. “Mereka sudah kuras tabungan untuk sewa rumah dan kebutuhan pokok,” ujar Mahfud.
Sebanyak 400 ribu buruh terancam diusir dari kontrakan karena tak ada uang untuk bayar sewa, yang rata-rata RM1.200 sebulan. Bersama dengan 20 NGO, pihak NU Cabang Malaysia telah memberi bantuan makanan kepada para buruh dan tenaga kerja di kisaran Kuala Lumpur dan Selangor. Tapi mereka tetap kewalahan karena jumlah yang perlu dibantu begitu besar. Pemerintah Malaysia pun sudah menyumbang 1.000 karung beras masing-masing 5 kilogram sejak 3 April kemarin.
Situasi TKI di negeri jiran tak ubahnya dengan simalakama para pekerja sektor informal di Tanah Air. Direktur Eksekutif NGO Tenaganita, Glorene Das, menyebut, “Para TKI tidak takut covid-19, tapi mereka takut kelaparan karena tak punya penghasilan lagi.” Sampai saat ini, hanya 62 ribu TKI yang sempat balik ke Indonesia sejak Malaysia menerapkan lockdown parsial.
Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yasin, mengatakan kendati penyebaran virus corona mulai melemah, Kerajaan belum bisa mengatakan jika kondisi saat ini sudah bisa dikendalikan. Sejauh ini, pihaknya tengah mempelajari metode sebelum roda perekonomian kembali dibuka. Ini perpanjangan yang ketiga yang dilakukan pemerintah Malaysia sejak memutuskan lockdown pada 18 Maret lalu. Semula kebijakan tersebut berakhir pada 31 Maret, namun diperpanjang selama dua pekan pada 1 April hingga 14 April. Kini pemerintah Malaysia kembali memperpanjang lockdown hingga 12 Mei.
Lockdown di sana diterapkan dengan ketat. Hanya profesi tertentu, seperti polisi, petugas medis, karyawan supermarket dan restoran yang masih dibolehkan bekerja selama lockdown. Hingga awal pekan keempat bulan lalu, Malaysia dilaporkan memiliki 5.603 kasus virus corona dengan total 95 korban jiwa.●(dd)