octa vaganza

Sejauh Mana E-Commerce Membantu Pelaku UMKM Memperluas Pasar?

JAKARTA—Rayhan Kiranadyah sudah mengenal marketplace sejak 2014 membantu usaha sampingan suaminya berjualan aksesoris fotografi.  Mulanya hanya satu marketplace besar, namun kemudian ternyata berkembang hingga merambah ke marketplace lain.

Berjualan di e-commerce , kata warga Ciputat, Jakarta ini efektif karena sekarang serba digital.  Pembeli di Jabodetabekbisa pakai jasa ojek daring untuk pengantarannya dan bisa terima barang di hari yang sama.

Begitu juga dengan pembeli dari kota lain menemukan produk yang dicari via marketplace karena barangnya ada di Jakarta, juga dimudahkan,”tutur alumni jurusab broadcasting, sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta ini ketika dihubungi Peluang, Rabu (25/8/21).

Bahkan Rayhan mengaku mendapatkan pembeli dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Philipina dan Thailand. Online store miliknya tidak saja menjual produk aksesoris fotografi tetapi produk semi-handmade melalui proses 3D printing.

“Para pembeli di produk kami  rata-rata berusia 25 hingga 40 tahun dengan presentasi 60 persen kalangan milenial,” ucap Rayhan.

Lain halnya dengan pengalaman Dian Eka Purnamasari, pelaku kerajinan rumput ketak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mengaku belum merasakan manfaat berjual di e-commerce.  Sekalipun penjualan secara digital tetap penting melalui media sosial seperti instagram dan website.

“Pemesan secara daring kebanyakan mereka yang sudah melihat produk kami secara fisik, baik secara langsung di Lombok, maupun di berbagai pameran, termasuk pembeli dari luar negeri,”papar Dian.

Kendalanya, ujar Dian untuk produk kerajinan handmade ialah persaingan di harga. Pasalnya konsumen kerap tidak tahu barang itu berkualitas atau tidak dan bagaimana membuat barang kerajinan hingga harganya lebih tinggi.

“Hingga saat ini e-commerce tidak banyak pengaruh bagi penjualan produk kami,” imbuh alumni sebuah sekolah tekstil di Bandung ini.

Ada Review dan Rating Produk di E-Commerce

Sementara Sarah Shafitri, seorang praktisi di industri e-commerce menyampaikan bahwa pelaku UMKM sebetulnya terbantu dengan keberadaan e-commerce

Dia mencontohkan, seorang perajin batik yang tadinya produknya mengandalkan pembeli dari daerah sekitar lokasi tempat berjualan, bisa mendapatkan pembeli dari luar negeri dengan keberadaan platform ini. Pelaku UMKM bisa berjualan sampai ke luar negeri dengan memanfaatkan e-commece.

“Hanya saja konsumen sebaiknya  memperhatikan review dan rating produk yang sudah ada hampir di semua e-commerce, hingga bisa mendapatkan barang berkualitas. Kredibilitas store bisa dilihat di sini,” ungkap magister dari sekolah tinggi public relation di Jakarta ini.

E-commerce, menurut dia salah satu industri yang pertumbuhannya cepat sekali.  Sebetulnya fungsinya sama dengan orang berbelanja ke pasar swalayan hanya saja menggunakan teknologi internet.

“Kalau dulu konsumen e-commerce adalah barang tertentu seperti barang elektronik, kita sudah merambah barang kebutuhan sehari-hari seperti buah-buahan hingga sabun dan sampo. Pendeknya mulai dari kebutuhan bangun tidur hingga tidur lagi, dan ini peluang bagi pelaku UMKM,” imbuhnya.

Bank Indonesia sendiri  memproyeksikan bahwa nilai e-commerce tahun ini bakal menembus Rp395 triliun.  Indikasinya pada paruh pertama 2021 ini sudah mencapai Rp186 triliun. Meskipun peningkatan transaksi ekonomi digital ini juga didorong oleh pandemi Covid-19 (Irvan).

Exit mobile version