Site icon Peluang News

“Saya tidak Pernah Berpikir Uang” ataupun “Masa Depan”

Suatu harI, seorang istri perwira polisi mengeluh pada suaminya, “Gaji yang Bapak berikan tidak cukup!” Perwira polisi itu menjawab dengan singkat : “Memangnya saya disuruh ngerampok!” Jawabannya itu membuat istrinya tidak lagi pernah  mengeluh ataupun menuntut atas rejeki berupa gaji yang memang sudah sepenuhnya diserahkan oleh suaminya.

Demikian Irjen Polisi (Purn) Drs S.A. Soepardi, MM menceritakan sepenggal perjalanan hidupnya mempertahankan integritas dan profesionalisme seorang perwira polisi. Kini pada usia lebih dari 77 tahun, Soepardi masih bugar dalam menjalankan bisnisnya di bidang jasa keamanan, PT Brata Kerta Raharja.

“Saya masih muda. Alhamdullilah kita bersyukur dikarunai usia sebegitu dengan kondisi sehat. Tidak semua orang mendapat karunia seperti itu,” ujar pemegang Ijazah Akabri Bagian Kepolisian Tahun 1968 ini berseleroh.

Pensiun mulai tanggal 1 Juli 1999 dengan Jabatan terakhir Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri, tidak berarti ayah dari dua anak dan empat cucu ini berhenti berkiprah di lingkungan Polri. Setelah selesai serah terima jabatan dan pulang dari liburan dari Manado, seorang seniornya, Brigjen Pol (Purn) Drs. Soentono yang menjabat Ketua Harian Yayasan Brata Bhakti Polri memintanya untuk tetap mengabdi.

Mantan Kapolwil Surabaya Taman yang wilayahnya meliputi Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Gresik, Jawa Timur dan pernah menjabat Direktur Operasi Pendidikan Lemhannas ini pun ditunjuk sebagai Ketua Badan Pelaksana Harian Ubhara Jaya (Universitas Bhayangkara Jakarta Raya). Satu setengah tahun kemudian, pada Januari 2001, dia didapuk jadi Wakil Ketua Harian Yayasan Brata Bhakti Polri mendampingi seniornya Irjen Pol (Purn) Drs. Muharsipin yang menjadi Ketuanya. Organisasi ini bergerak di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan di lingkungan keluarga besar Polri. Kemudian terhitung mulai tanggal 11 Oktober 2012 Soepardi diangkat menjadi Ketua Pengurus Yayasan Brata Bhakti menggantikan Drs. Muharsipin hingga tanggal 2 April 2019.

Selain itu Soepardi diminta bantuan oleh seseorang untuk mendirikan dan sekaligus menjadi Direktur Utama Badan Usaha Jasa Pengamanan, PT Reksa Satria Perkasa (PT RSP) yang melayani pengamanan di lingkungan perusahaan Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), mulai semua kapalnya, kantor utamanya hingga rumah para pejabatnya.

Namun Soepardi merasa hati nuraninya terusik, karena dia menilai owner (pemegang saham)  perusahaan terbilang besar itu kurang peduli terhadap kesejahterahan para satpamnya yang bergaji rendah. Ia pun mundur dari perusahaan tersebut, tetapi pengalaman di perusahaan tersebut  menjadi modal baginya untuk mendirikan  perusahaan keamanan milik sendiri, PT Brata Kerta Raharja.

Soal hati nurani ini juga teruji, ketika dia diperbantukan di Pelabuhan I Tanjung Priuk dibawah pimpinan AKBP Anton Sujarwo yang saat itu menjabat Komandan Resimen Pelopor Brimob Polri dan mendapat tugas khusus sebagai Dan Kokampel Tanjung Priok. Ada yang pernah mencoba untuk melicinkan masuknya barang. Namun Soepardi menampik tawaran apa dan dan berapa saja, dan memilih cukup dengan penghasilan / gajinya yang sah sebagai polisi.

Suatu ketika dia ingin membangun rumah dan hanya punya uang Rp 60 juta di tabungan. Sementara seorang anaknya yang bekerja di Lippo Karawaci menyampaikan bahwa rumah yang berlantai dua dan bagus dengan luas tanah 400 meter persegi, berharga kisaran Rp1,2 miliar. Ketika Soepardi mengungkapkan hal itu, anaknya menjawab, sedapatnya saja, kalau hanya pondasi atau dapat satu ruangan, ya itu saja dulu.

“Kurang dua tahun sebelum pensiun, ada seorang senior mengajak bicara. Dia bilang, lima tahun sebelum pensiun kita sudah harus siap. Kita harus punya tabungan sekian. Mendengar nasehat itu meski terkejut karena sudah dekatnya masa pensiun dan tidak punya tabungan seperti yang dikatakan senior itu, Soepardi terima kasih atas nasehatnya. Saya tidak pernah berpikir tentang uang ataupun masa depan. Tahu saya hanya kerja, kerja dan kerja saja,” ungkap Soepardi.

Integritas dan hati nurani ini rupanya turun kepada sang anak, seorang insinyur teknik sipil  dan alumni UI S2 Program Manajemen Aset  itu. Dia memutuskan keluar dari Lippo Karawaci, karena diminta untuk mengeluarkan  rekan kerjanya, padahal dinilainya tidak bersalah. Kini, sang anak malah bekerja sebagai PNS di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

Ketika ditanya apa pesan pada polisi muda. Soepardi  berharap polisi lebih profesional dan punya motivasi lebih pada pelayanan kepada masyarakat. “Pelayanan itu melaksanakan dengan baik tugas pokok Polri memelihara Kamtimas, menegakkan hukum, memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Masyarakat  sebagai “Bos”. Bila bos suka, puas akan pelayanannya,  tidak usah minta-minta dan  merengek, rezeki datang sendiri dari Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang sebagai hadiahnya. Yang penting, kita jujur dan kerja dengan baik,” tutupnya.  (Van/Irm)

Exit mobile version