octa vaganza

Sarasehan Koperasi VI Forkom KBI

Sudah sangat jelas dan acapkali dikemukakan, perbedaan tegas antara badan usaha berbasis koperasi dengan korporasi terletak pada partisipasi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Koperasi butuh partisipasi anggota karena parameternya dual identity, anggota sebagai pemilik, sekaligus pelanggan. Dengan demikian, kebersamaan dan rasa gotong royong lebih menonjol ketimbang korporasi yang sepenuhnya mengandalkan pasar terbuka.  Namun keduanya tidak harus dibenturkan, dengan saling menegasikan karena cukup banyak koperasi di dunia mencetak kinerja keuangan mencengangkan.

Demikian benang merah mengemuka dalam Sarasehan VI Forum Komunikasi Koperasi Besar Indonesia (Forkom KBI), Selasa 11 Juli 2023 di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Sarasehan yang diperluas dengan Seminar Nasional dalam rangka Hari Koperasi ke 76 itu, menghadirkan pembicara Rektor Ikopin University Prof Dr Agus Pakpahan. Pengantar seminar disampaikan oleh Ketua Umum Dekopin Sri Untari Bisowarno yang pada kesempatan itu mengingatkan agar pegiat koperasi terus memperjuangkan lahirnya Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi. Kehadiran lembaga ini, kata Untari, untuk menegaskan posisi tawar koperasi, terutama KSP sebagai institusi keuangan yang dipercaya anggota.

Seminar dan Sarasehan diikuti 150 orang peserta berasal dari berbagai koperasi besar di tanah air. Antara lain, KSP CU Pancur Kasih (Kalbar); KSP Kopdit Obor Mas dan KSP Kopdit Pintu Air (NTT); KSPPS BMT Assyafi’iyah BN (Lampung); KSPPS TAM Nganjuk (Jatim). Kopmen Setia Budi Wanita (Malang); Kopmen Setia Bakti Wanita (Surabaya), Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ) dan Koperasi Astra, Koperasi Sigap Nusantara (DKI Jakarta), Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan (JKRL) (Tangerang – Banten), dan Koperasi Makmur Mandiri (Jabar). Sejumlah undangan lainnya tampak para pengurus Dekopinwil dari berbagai wilayah, antara lain DKI Jakarta, Sulsel, Sulbar, Lampung, Aceh, Jatim dan Papua.

Dalam seminar bertema “Galang Sinergi Antarkoperasi Untuk Ekonomi Berkeadilan” itu, Agus Pakpahan memaparkan mengapa koperasi-koperasi di berbagai negara kapitalis tumbuh besar. Menurut dia, selain regulasi yang tidak menghambat, para pengelola koperasi juga taat azas, dengan menjaga dan mematuhi secara konsisten prisnip-prinsip koperasi yang berlaku universal. Dia menilai perkoperasian di Tanah Air belakangan tumbuh signifikan kendati banyak terkendala  pihak lain yang memanfaatkan dengan salah nama koperasi. Adanya Forkom KBI diharapkan dapat terus menjalin sinergi antarkoperasi dan diminta jangan menyerah untuk terus menjalin kerja sama. (Faw)

Exit mobile version