INDRAMAYU–-Sejak umur 13 tahun Rokhman bersama saudara kembarnya Rokhim sudah menekuni dunia tari dan sudah tampil di Pendopo Kabupaten Indramayu. Mereka kemudian memutuskan untuk mendirikan Sanggar Tari Melati Ayu pada 1986, yang berlokasi di Margadadi, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat
Murid-murid Pak Kembar, datang dari beragam usia, mulai yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Di satu periode jumlah murid yang belajar di sanggar yang berlokasi di Indramayu itu bahkan sempat mencapai 58 orang.
Tarian yang sudah diajarkan kepada peserta didik mulai dari Tarian Khas Indramayu : Randu Kentir, Topeng, Rudat, Kembang Suket, Jaipong Jawa Barat : Kembang Tanjung, Bajidor Kahot, Ronggeng Nyentrik, Kembang Boled, Mojang Priangan, Merak, Tarian Betawi : Topeng Dasar, Tapak Tangan, Yapong, Lenggang Nyai, Tarian Aceh : Tari Saman, Tarian Minang : Tari Piring, Tari Persembahan dan sebagainya.
Sayang pandemi Covid-19 membuat Pak Kembar sempat menghentikan kegiatan belajar-mengajar tari, sanggarnya pun tutup seluruhnya. Pada waktu pandemi, orangtua para murid hingga khawatir untuk melepas anaknya berlatih.
Untungnya mereka berdua mempunyai keahlian menjahit dan sudah membuka usaha perajin pakaian adat nasional, tetapi tidak mudah untuk keduanya memasarkan hasil karya ketika tak seorang pun datang ke tempatnya.
Di saat itulah PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) yang merupakan bagian dari Subholding Upstream datang dengan program Peningkatan Kompetensi UMKM dalam Menghadapi Pandemi COVID-19. Bentuk kegiatannya berupa seminar dan pelatihan e-commerce secara daring yang ditujukan bagi pekerja seni teater, tari, dan lain-lain.
Hanya beberapa bulan setelah pelatihan di pertengahan 2020 itu, Pak Kembar sudah bisa merasakan manfaatnya.
Menurut cerita Rokhman, kalau lagi bagus rata-rata 7-8 paket pakaian adat nasional dipesan pembeli setiap bulannya dengan omzet antara Rp9-10 juta. Pemesan baju Pak Kembar juga datang dari Cirebon, Sulawesi, bahkan Malaysia dan Brunei Darussalam.
Jumlah itu bisa melonjak dua kali lipat di hari-hari nasional bertema budaya. Misalnya sewaktu ada upacara adat dan karnaval di Indramayu. Namun menurut Rokhman lebih banyak pemesan sewa dengan harga per kostum Rp75 ribu hingga Rp150 ribu.
“Kalau harga jual antara Rp 100 ribu hingga Rp150 ribu,” kata pria kelahiran 1965 kepada Peluang, Kamis (21/10/21).
Sebagai catatan Sanggar Melati Ayu sudah mendapatkan 14 penghargaan mulai dari Penghargaan Festival Nusa Bali tahun 2002, Penghargaan International University Student Conference, 17 Februari 2003 di Bandung, Penghargaan Pembukaan Pekan Olah Raga Daerah IX, April 2003 hingga ISI Solo dalam rangka Hari Tari Dunia, 29 April 2014.
Pada Desember mendatang Pak Kembar mendapatkan pesanan untuk 30 penari Saman dalam sebuah perhelatan di Indramayu. Selain itu dia dan murid-murid yang berusia TK hingga mahasiswa juga mengisi acara. Saat ini Sanggar Melati Ayu mempunyai sekitar 20 penari.
“Mudah-mudahan pandemi menyurut dan kegiatan di sanggar kembali normal,” pungkas Rokhman (Irvan).