hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Salurkan Rp3,1 Triliun, KOMIDA Fokus pada Pemberdayaan Usaha Perempuan

Pembiayaan koperasi masih ecek-ecek alias masih kelas recehan? Buang dulu asumsi miring itu. Coba tengok kiprah Koperasi Simpan Pinjam Mitra Dhuafa (KOMIDA) yang pada tahun 2024 menggelontorkan pembiayaan kepada anggotanya sebesar Rp3,1 triliun.

Dana sebesar itu disalurkan untuk mendukung usaha perempuan berpendapatan rendah, yang menjadi sasaran utama layanan simpan pinjam KOMIDA. Saat menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT), Rabu (26/2/2025) Ketua Pengurus KOMIDA Sugeng Priyono mengatakan konsistensi KOMIDA dalam memberdayakan kalangan perempuan tercermin dari tema RAT “Melalui Perempuan KOMIDA Membangun Indonesia yang Lebih Baik.” Tema ini, ungkap Sugeng, menegaskan peran penting perempuan dalam pembangunan ekonomi dan sosial di keluarga serta masyarakat.

Acara puncak RAT berlangsung di Gedung Pandan Sari, Taman Wiladatika, Jakarta Timur, serta disiarkan secara virtual di sembilan lokasi lainnya, seperti Serang (Banten), Kediri (Jawa Timur), Parepare (Sulawesi Selatan), Langkat (Sumatera Utara), Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Mataram (NTB), Kefamenanu (NTT), Indramayu (Jawa Barat), dan beberapa titik lainnya. RAT dihadiri oleh 892 anggota yang mewakili total 891.053 anggota yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia.

Sepanjang 2024 ungkap Sugeng, kinerja keuangan KOMIDA menunjukkan tren positif. Total aset koperasi mencapai Rp3,21 triliun, terjadi peningkatan 10% dibandingkan 2023 sebesar Rp2,92 triliun, Jumlah anggota juga naik sebesar 6%, sementara simpanan anggota tumbuh 5,6% dari tahun 2023.

Dia menegaskan, KOMIDA terus berkomitmen meningkatkan pelayanan kepada anggota melalui inovasi produk pinjaman dan simpanan sesuai kebutuhan zaman. Sejak 2023, sudah diterapkan MDIS-Mo akronim dari Mitra Dhuafa Information System Mobile, sebagai standar layanan digital bagi staf lapangan dalam melakukan transaksi dengan anggota.

“Pada tahun 2024 pencairan pinjaman ke anggota mencapai Rp3,1 triliun. Pinjaman bisa di top up (ditambahkan) kepada anggota yang mengajukan untuk modal usaha. Jadi meskipun belum lunas pinjamannya, anggota bisa meminjam lagi untuk modal usaha,” ucap Sugeng.

Akumulasi Pinjaman Tembus Rp22 Triliun

Berkoperasi dalam visi KOMIDA, ungkap Sugeng, bukan hanya soal melayani, tetapi juga tentang mengambil peran sejak dini untuk membantu masyarakat Indonesia meraih masa depan yang lebih cerah. Jadi bukan hanya berapa besaran simpanan atau pinjaman yang disalurkan kepada anggota, tetapi juga bagaimana koperasi mampu melayani kebutuhan anggotanya untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Ia mencontohkan, dalam menyasar anggota baru ada dua indikator yang dipakai oleh KOMIDA untuk mencapai tujuan sosial, yakni menjangkau perempuan berpenghasilan rendah. Banyak dari anggota KOMIDA yang memiliki usaha kecil seperti warung kopi, jualan cireng, mie goreng, seblak dan sejenisnya.

Indikator pertama, KOMIDA Housing Index (KHI) yang merupakan alat ukur ketepatan sasaran dalam merekrut anggota baru. Indikator kedua, anggota baru yang tidak pernah mendapatkan akses keuangan atau orang yang tidak tersentuh layanan lembaga keuangan.

KOMIDA, jelas Sugeng, ingin memastikan koperasi tetap relevan dan menjadi soko guru kehidupan, bukan hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam kesehatan, sosial, dan pendidikan bagi anak-anak anggota.

“Total akumulasi pembiayaan untuk usaha perempuan yang dikucurkan KOMIDA sejak 2004 hingga Desember 2024 mencapai Rp22,4 triliun,” ucap Sugeng.

Untuk meningkatkan literasi digital kepada anggota, pada 2025, KOMIDA meluncurkan MD-GO, aplikasi yang memungkinkan anggota untuk mengecek saldo pinjaman dan simpanan, serta menyampaikan keluhan dan usulan secara langsung.

Dengan inovasi dan dedikasi yang terus berlanjut, KOMIDA membuktikan bahwa koperasi dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi inklusif di Indonesia, terutama bagi perempuan sebagai agen perubahan di masyarakat. (Faw)

pasang iklan di sini