hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Saham Washington Prime Group Melorot Hingga 60%

SALAH satu pemilik mal dengan jaringan terbesar di lebih dari 100 lokasi di seluruh AS mengajukan pailit. Lantaran Covid-19, perusahaan yang berbasis di Columbus itu telah mengajukan Bab 11 pada 13/6.  Restrukturisasi keuangan perusahaan, kata CEO Lou Conforti, bisa membuat WPG memperbaiki neraca dan membuat proyeksi lebih baik di masa depan. Dibutuhkan dukungan dana hingga US$100 juta/Rp1,4 triliun untuk memulai operasionalnya kembali.

“Restrukturisasi keuangan perusahaan akan memungkinkan Washington Prime menyesuaikan ukuran neraca dan memposisikan perusahaan untuk sukses di masa depan,” kata Lou Conforti. Setelah pengumuman tersebut, saham WPG anjlok 55% pada awal perdagangan. Jika diakumuliasikan, sepanjang tahun ini saham sudah merosot hingga 60%.

Penutupan sementara beberapa dari sekitar 100 pusat perbelanjaan di seluruh AS dan relaksasi biaya sewa adalah penyebab utama kebangkrutan. WPG bahkan memiliki utang US$1 miliar. Pergeseran kebiasaan belanja konsumen turut mengganggu industri ritel selama setahun terakhir. Pasalnya, setelah WPG, dua pemilik mal lainnya, CBL Properties dan PREIT, juga mengajukan pailit tahun lalu dengan masalah yang sama. Perusahaan ini memiliki properti di sejumlah pusat kota dan mal yang sepertiganya terfokus di wilayah Midwest. Penyewa properti tersebut adalah mereka yang juga terimas pandemi. Waktu pengajuan kebangkrutan bisa meleset, tergantung  kemajuan pembicaraan dengan kreditur. Dewasa ini, WPG beroperasi di bawah perjanjian dengan pemegang obligasi dan pemberi pinjaman. Perjanjian itu telah diperpanjang beberapa kali sejak mereka gagal membayar bunga obligasi US$23,2 juta yang jatuh tempo 15 Februari 2021. Arus kas dari operasi untuk tiga bulan hingga Maret 2021 tercatat US$3,3 juta, turun dari US$10 juta di periode sama tahun 2020.●

pasang iklan di sini