Jakarta — Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah, tertekan pernyataan pejabat The Fed yang lebih agresif terkait kenaikan suku bunga acuan.
Rupiah bergerak melemah 130 poin atau 0,91 persen ke posisi Rp 14.492 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.362 per dolar AS.
“Nilai tukar rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS dengan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin (25/4/2022).
Peningkatan ekspektasi pasar tersebut, lanjut Ariston, dipicu oleh pernyataan sejumlah pejabat bank sentral, termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan lalu, yang mendukung kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 basis poin pada rapat berikutnya untuk memerangi inflasi di Negeri Paman Sam.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap sejumlah mata uang utama dunia juga menguat pada pekan lalu menembus ke atas angka 101, level tertinggi sejak April 2020.
Naiknya ekspektasi suku bunga acuan AS tersebut juga telah memberikan sentimen negatif ke indeks saham Asia pagi ini.
“Selain itu, ekspektasi kenaikan inflasi di dalam negeri karena kenaikan harga pangan menjelang Idul Fitri, bisa turut menekan rupiah. Tekanan inflasi bisa menghambat pertumbuhan ekonomi,” ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi tertekan terhadap dolar AS ke arah Rp 14.380 per dolar AS hingga Rp 14.400 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.340 per dolar AS.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan stabilitas nilai tukar Rupiah di sepanjang tahun 2021 cukup terjaga meski sedikit mengalami pelemahan. Tercatat, nilai tukar Rupiah melemah sebesar 1,42 persen secara point to point meski apresiasi 1,60 persen secara rerata.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut lebih baik ketimbang Thailand 10,35 persen, Afrika Selatan 8,33 persen, Brazil 6,78 persen, Filipina 5,81 persen, dan Malaysia 3,11 persen.
“Nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah kembali ketidakpastian pasar keuangan global,” Tutupnya