JAKARTA—-Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengungkapkan beberapa kombinasi kebijakan moneter diterapkan guna menstabilkan nilai rupiah. Sekalipun dalam beberapa hari terakhir ini nilai rupiah menguat sekitar Rp14.800.
“Bank sentral masih melihat tekanan ekonomi eksternal masih membayangi pergerakan nilai tukar rupiah, “ ujar Dody Budi Waluyo.
Untuk itu dikatakan Dody, Bank Indonesia melancarkan intervensi ganda dan mempertimbangkan opsi kenaikan suku bunga acuan.
“BI masih melakukan kombinasi dari sana. Kalau BI masih melakukan intervensi artinya kita masih melihat rupiah rupiah belum stabil,” kata dia.
Lanjut Dody nilai tukar rupiah saat ini masih belum sesuai fundamentalnya. Penguatan rupiah didorong oleh meredanya tekanan ekonomi global, serta melemahnya dolar AS. BI juga terus memantau krisis ekonomi yang melanda Turki dan Argentina.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup terdepresiasi tipis 7 poin atau 0,05% di level Rp14.840 per dolar AS, setelah mampu berakhir rebound 24 poin atau 0,16% di posisi 14.833 pada Rabu (12/9/2018).
Dolar AS juga melemah di hadapan berbagai mata uang utama Asia. Apresiasi paling tajam dialami oleh rupee India, disusul oleh baht Thailand dan dan ringgit Malaysia. Mata uang negara Asia yang melemah hanya tersisa yuan China, dolar Singapura, dan dolar Taiwan (van).