JAKARTA—Pasca liburan panjang lebaran nilai Tukar rupiah yang tercatat pada transaksi antar bank, pada perdagangan perdana valas, Kamis pagi (21/6/218 melemah menjadi Rp14.090 dan menjelang tengah hari Rp 14.099.
Namun menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, penguatan dolar itu tidak akan berlangsung lama.
“Penguatan hingga satu persen itu terjadi karena liburan panjang Lebaran 2018, itu sebetulnya dampak global ditambah kita liburnya banyak, ” ujar Darmin di kantornya.
Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan FFR sebesar 25 basis poin dari 1,75% menjadi 2% pada 13 Juni 2018. Sebelum libur panjang Lebaran, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp13.900 per dolar AS. “Bunga di sananya bergerak. Nanti juga tenang lagi,”cetusnya.
Darmin menyebut, pemerintah pihaknya akan membantu rupiah dengan meningkatkan ekspor dan menekan impor. Tujuannya membuat defisit transaksi berjalan tidak terlalu melebar serta neraca perdagangan menjadi surplus.
Perkiraan Sampai Rp14.200.
Sementara pengamatan ekonomi dari Institut for Economic and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara, rupiah masih berpotensi melemah sampai akhir Juni karena dana asing keluar dari negara berkembang. Hasil rapat Fed kemarin mengisyaratkan median dot plot bergeser dari 2,25% ke 2,5% yang artinya kenaikan Fed rate tahun ini pada kisaran 4 kali di atas ekspektasi pasar.
“Kondisi ini diperparah dengan eskalasi perang dagang AS China sehingga Indonesia sebagai pemasok bahan baku terkena dampak yang cukup signifikan apabila kedua negara mitra dagang tersebutmengurangi produksinya. Investor asing dalam satu sesi perdagangan saham terakhir telah mencatatkan net sales Rp2 triliun,” papar Bhima ketika dihubungi Peluang.
Lanjutnya respon BI untuk segera naikan bunga acuan memang cukup positif tenangkan pasar. Namun, kalau kenaikan hanya 25 bps diperkirakan tidak akan mampu memulihkan rupiah di bawah Rp13.800 per dollar.
Diperlukan langkah lain yang lebih terukur misalnya stimulus fiskal untuk dorong kinerja ekspor, atau dari sisi moneter setelah pelonggaran LTV properti juga bisa ditambahkan ke pelonggaran LTV kendaraan bermotor, dan sebagainya. Semakin besar stimulus yang dilakukan BI dan Pemerintah efek ke ketahanan rupiah makin besar.
“Perkiraan rupiah sampai akhir Juni bisa menyentuh Rp14.200 jika langkah pre emptives hanya sekedar menaikkan bunga acuan,” pungkasnya (van).