octa vaganza

RUMAH SAKIT WAKAF DI LAHORE, PAKISTAN

Pada tanggal 20 juni 2019, Kamis, penulis berkesempatan mengunjungi 3 rumah sakit wakaf di Lahore, Pakistan.  Tiga Rumah sakit tersebut berturut turut dari yang terkecil ke yang terbesar adalah Ishak Haroon (waqf) Hospital, Surayya Azeem (waqf) Teaching Hospital dan Shaukat Khanum Cancer Hospital. 

Ishak Haroon (waqf) hospital adalah rumah sakit wakaf, dimana tanahnya merupakan wakaf dari Ishak Haroon pada tahun 1977.  Untuk pengembangannya, nazir menerima wakaf dari masyarakat.  Beberapa gedung dibangun dari wakafnya Mrs Azmatul Nisa yang berdomisili di UK.  Setiap pasien yang berobat umum hanya dikenakan biaya 40 rupees atau sekitar Rp. 4.000,- dan untuk dokter spesialis dikenakan biaya 100 rupees atau sekitar Rp. 10.000,-  Uniknya, untuk pasien yang mau menyumbang dan namanya tidak mau disebutkan, kotak donasi disediakan di rumah sakit.  Namun, bagi yang namanya mau disebut, menyumbang lewat rekening yang disediakan.  Di akhir tahun, semua nama penyumbang dilaporkan dalam laporan tahunan rumah sakit, lengkap dengan jumlah donasinya dan alamatnya. Ketika wawancara dengan salah satu direktur rumah sakit itu, diketahui bahwa beberapa orang mewakafkan rumahnya untuk digunakan sebagai bagian dari rumah sakit.  Jadi, rumah sakit ini terdiri dari beberapa bangunan, dengan bangunan utama 3 lantai dan bangunan lainnya adalah rumah-rumah di sekitarnya. 

Surayya Azeem Waqf Teaching hospital, adalah rumah sakit yang juga berfungsi sebagai tempat praktek dan belajar mahasiswa kedokteran.  Berdiri tahun 1989, memiliki 5 lantai dengan total 300 tempat tidur, rumah sakit ini sebelumnya dimiliki oleh Madam Surayya Azeem.  Namun, sebelum beliau meninggal dunia, rumah sakit ini diwakafkan dengan nazirnya Jamaat Islami pada tahun 1995.  Sekarang, jamaat islami mengelola rumah sakit ini dengan model donasi dari masyarakat.  Setiap pasien yang berobat umum hanya dikenakan biaya 50 rupees atau sekitar Rp. 5.000,- dan untuk dokter spesialis dikenakan biaya 100 rupees atau sekitar Rp. 10.000,-, beda tipis dengan Ishak Haroon (waqf) Hospital.  Hanya saja, rumah sakit ini lebih besar dan memiliki mesin cuci darah (dialysis).  Untuk sekali cuci darah, rumah sakit ini hanya mengenakan biaya 2.000 rupees atau sekitar Rp. 200.000,-. Paling murah di antara rumah sakit lainnya yang beroperasi di Lahore.  Bahkan, untuk yang kurang mampu, diberi diskon lagi hingga 40% dari 2000 rupees tersebut.  Lagi-lagi, mesin cuci darah dan bangunannya, merupakan wakaf dari beberapa orang muhsinin yang namanya disebutkan di dekat pintu masuk ruang dialysis.  

Shaukat Khanum Cancer hospital adalah rumah sakit kanker yang dioperasikan dengan waqaf dari Imran Khan yang sekarang menjadi perdana menteri Pakistan.  Jauh sebelum Imran Khan menjadi perdana menteri, tepatnya 29 desember 1994, beliau mendirikan rumah sakit ini sebagai dedikasi beliau kepada ibunya, karena ibu kandungnya meninggal dunia karena penyakit kanker.  Shaukat Khanum adalah nama Ibu kandung Imran Khan yang kemudian diabadikan menjadi nama rumah sakit ini.  Untuk orang miskin, berobat di rumah sakit kanker ini digratiskan, tetapi untuk orang kaya, dipungut biaya.  Artinya, ada subsidi silang.  Tercatat, selama berdiri, 75 persen pasien diberi subsidi. 

SUBSIDI SILANG

Dari riset sederhana ini, penulis menemukan bahwa ada 2 model pembebanan biaya kepada pasien rumah sakit wakaf di Lahore, Pakistan.  Pertama,  adanya subsidi silang di antara pasien yang berobat, dimana orang miskin digratiskan dan orang kaya harus membayar.  Kedua, tidak ada perbedaan apakah yang berobat ke rumah sakit wakaf tersebut miskin atau tidak.  Setiap pasien diberikan harga yang sama, namun, diberikan kesempatan berdonasi bagi mereka yang memiliki kelebihan rezeki.  Tentunya masing masing model punya kelebihan. 

Untuk yang menerapkan  subsidi silang, ini diterapkan pada biaya rumah sakit yang sangat besar, yaitu rumah sakit cancer shaukat Khanum hospital.  Tidak mungkin orang miskin yang kena cancer dan berobat ke rumah sakit ini disuruh membayar.  Sehingga hal ini sangat membantu orang miskin yang kena penyakit kanker.  Model ini diterapkan di rumah sakit mata Ahmad Wardi yang merupakan waqaf dengan nazir Dompet Dhuafa (DD) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI).  Orang miskin yang ditunjukkan dengan surat keterangan miskin, digratiskan dari operasi mata tanpa jahit, yang nilai operasi satu mata dapat mencapai Rp 9 juta. 

Untuk yang tidak ada subsidi silang, ini diterapkan pada pasien yang tidak mengidap penyakit serius.  Untuk pasien demam batuk flu dan pilek, cukup ke dokter umum.  Untuk dokter spesialis, seperti THT, kulit, dll, semua pasien hanya dikenakan Rp. 10.000,- artinya, satu harga untuk semua pasien dokter spesialis.  One price for same treatment ini penting yang di dalam ekonomi, ditujukan untuk menghindari ‘cheating behavior’.  Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Ibn Thaimiyyah dengan kosepnya ‘Thamanul Mithl’ yang kemudian dalam ilmu ekonomi disebut ‘The Price of equivalent’.  Misalnya, ketika harga bensin perliter dibedakan antara harga industri dengan harga konsumen, maka dapat terjadi cheating, dimana ngakunya untuk konsumen, padahal untuk industri.  Ini terjadi karena harga industri lebih mahal daripada harga konsumen.  Dengan dibuatnya kebijakan satu harga, maka upaya-upaya ‘cheating’ atau curang dapat dihindarkan. 

Ada satu hal yang sangat penting dicatat ketika mewawancarai bagian marketing rumah sakit Surayya Azeem.  Dikatakan bahwa manajemen rumah sakit surayya azeem tidak mencari untung dalam pengelolaannya.  Oleh karena itu, pasien diminta bayaran yang sangat kecil, yang menurut penulis, hampir gratis.  Ketika ditanya, apakah donasi yang diperoleh cukup untuk mengelola rumah sakit tersebut, maka dijawab ‘cukup’.  Bahkan belum pernah terjadi defisit.  Inilah kehebatan apabila waqaf disinergikan dengan infaq dan sedekah.  Untuk bangunan rumah sakit, peralatan medis, dan furniture, sumbernya dari wakaf masyarakat.  Sementara obat, dan barang barang habis lainnya, sumbernya dari infak sedekah.  Bahkan zakat dapat digunakan untuk tujuan ini, katanya.

Memang apabila ditrace back, rumah sakit pertama di dunia yang didirikan pada tahun 805 Masehi di Baghdad, ditujukan untuk sosial, tidak mencari untung.   Bahkan, setiap pasien diberi uang saku selama dirawat inap, untuk menafkahi keluarganya di rumah.  Artinya, motivasi dan tujuan mendirikan rumah sakit dalam Islam, adalah sosial, bukan motivasi dan tujuan ekonomi.  Hal itu dipraktikkan di 3 rumah sakit wakaf ini, di Lahore Pakistan. 

Sakit adalah sesuatu yang tidak dikehendaki.  Tidak ada orang yang ingin sakit.  Namun, jika sakit datang, maka sabar menghadapinya dan berusaha sembuh dengan berobat adalah solusi yang tepat.  Setiap muslim dihimbau untuk menolong orang sakit.  Bagi orang yang sakit, Allah menyuruh untuk berobat.  Tertulis di dinding lobby rumah sakit Surayya Azeem waqf teaching hospital sebuah ayat Alquran surat As-Syu’ara 26 ayat 80 yang artinya: “Apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan aku”.  Kesembuhan diperoleh dengan ikhtiar berobat. 

Oleh karena itu, ketika sebuah koperasi syariah yang beranggotakan lebih dari 150.000 orang (pada umumnya miskin), berniat mengumpulkan dana wakaf untuk pendirian rumah sakit, dan tidak mencari untung dari rumah sakit, maka penulis mendukung penuh hal ini.  Setidaknya, anggota koperasi yang sakit, tidak memikirkan biaya berobat untuk kesembuhannya. 

Menurut hitungan Professor Dr. dr. Rifki Muslim, Sp.b, Sp.u, direktur rumah sakit Roemani semarang, untuk membangun rumah sakit tipe D dengan 100 tempat tidur, diperlukan dana 30 miliar rupiah.  Jika seorang berwakaf 100 juta rupiah, maka hanya diperlukan 300 orang untuk memenuhi angka 30 miliar tersebut.  Jika wakafnya 10 juta rupiah perorang, maka dibutuhkan 3.000 orang, dan jika wakafnya satu juta rupiah perorang dibutuhkan 30.000 orang.  Tampaknya tidak sulit untuk mendirikan rumah sakit wakaf di era digital 4.0 ini jika setiap muslim bersedia mewakafkan hartanya. 

Semoga amal jariah pewakaf yang memberikan sebagian hartanya untuk pendirian dan pengelolaan rumah sakit, dapat berketerusan sampai hari kiamat.  Saya berdoa, pembaca adalah salah satu pewakafnya. Amin, amin ya Robbal Alamin. 

Exit mobile version